Srilanka Mengalami Kebangkrutan : Krisis Ekonomi Terburuk Dalam Sejarah-Nya!

- 24 Juni 2022, 10:08 WIB
Ilustrasi demo masyarakat Srilanka
Ilustrasi demo masyarakat Srilanka /
 
 
 
BERITA KBB - Negara Sri Lanka dinyatakan bangkrut lantaran ketidakmampuan ekonomi untuk membayar utang luar negeri. Hal itu dipengaruhi akibat adanya Covid -19 yang memakan waktu tidak sebentar membuat krisis ekonomi negara tersebut.
 
Kebangkrutan Sri Lanka ini ditandai dengan gagalnya negara ini bayar utang luar negeri sebesar US$ 51 miliar atau setara dengan Rp 729 triliun. Utang itu termasuk pinjaman dari pemerintah asing serta dana talangan IMF.
 
Negara Sri Lanka pun mengalami kebangkrutan hingga tidak dapat membeli bahan bakar minyak (BBM) impor, bahkan dengan uang tunai sekalipun. 
 
 
Runtuhnya perekonomian negara itu membuat semua hal ini terjadi.
 
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa saat ini melakukan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) adalah jalan satu-satunya agar negara ini bisa kembali pulih dari ambang kebangkrutan.
 
"Kami sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan," Ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis 23 Juni 2022. 
 
 
"Kami tidak bisa membeli bahan bakar impor, bahkan dengan uang tunai, akibat beratnya utang yang ditanggung oleh perusahaan minyak kami, dan kami mulai melihat tanda-tanda kemungkinan jatuh ke titik terendah," Sambung Wickremesinghe.
 
Analisis terkait kondisi buruk yang menimpa Sri Lanka ini muncul ketika pihak berwenang mengadakan pembicaraan dengan pemberi pinjaman yang berbasis di Washington untuk kesepakatan dana segar bagi negara yang bangkrut.
 
Sri Lanka membutuhkan 6 miliar dollar AS dalam beberapa bulan yang akan datang guna menopang cadangannya, membayar tagihan impor yang membengkak, dan menstabilkan mata uangnya. Hal ini merupakan upaya untuk pemulihan negara ini dari jurang alias kebangkrutan.
 
 
Sebelumnya, Sri Lanka telah menyelesaikan diskusi awal dengan IMF, dengan bertukar pikiran mengenai keuangan publik, keberlanjutan utang, sektor perbankan, hingga jaminan sosial.
 
"Kami bermaksud untuk masuk ke dalam kesepakatan tingkat resmi dengan IMF pada akhir Juli," Ujar Wickremesinghe.
 
Pihak berwenang juga berencana untuk mengadakan konferensi bantuan kredit dengan negara-negara sahabat, termasuk India, Jepang, dan China, untuk bantuan lebih lanjut.
 
Sri Lanka bangkrut setelah gagal menghentikan krisis ekonomi terburuk yang dihadapinya dalam sejarah kemerdekaannya.
 
Kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok yang berkepanjangan berisiko memperparah aksi protes dan dapat menghambat stabilitas politik lebih lanjut.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x