Terjerat Krisis Ekonomi, Simak Fakta Mengenai Sri Lanka

- 24 Juni 2022, 13:11 WIB
Karena dilanda COVID dan gagal membayar hutang luar negerinya, Sri Lanka dinyatakan bangkrut tahun ini
Karena dilanda COVID dan gagal membayar hutang luar negerinya, Sri Lanka dinyatakan bangkrut tahun ini //The Daily Sikh

 

BERITA KBB - Sri Lanka menutup sekolah serta menghentikan layanan pemerintah yang tidak terlalu diperlukan sejak hari Senin 20 Juni 2022.
 
Penutupan akan dilakukan selama dua minggu demi menghemat cadangan bahan bakar yang cepat habis.
 
Langkah efisiensi dilakukan ketika IMF dan Kolombo membicarakan kemungkinan bailout, yakni pemberian bantuan keuangan kepada Sri Lanka karena terancam kebangkrutan.
 
 
Mengutip Channel News Asia, pada hari Kamis 23 Juni 2022, negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam cengkeraman krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah, setelah kehabisan devisa untuk membiayai impor, bahkan termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
 
Dilansir Britannica, kebudayaan Sri Lanka dominan berasal dari daratan India. Dua kelompok etnis utama di pulau itu yakni Sinhala dan Tamil, dan dua agama dominannya yakni Buddha dan Hindu, juga berasal dari India dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.
 
Namun berbeda dengan India, kebudayaan yang masuk di wilayah ini malah berkembang secara independen karena isolasi geografis.
 
 
Buddha misalnya yang hilang dari India namun tetap hadir di Sri Lanka khususnya di antara orang Sinhala.
 
Selain itu, Bahasa Sinhala, yang tumbuh dari dialek Indo-Arya dari daratan India akhirnya menjadi bahasa asli yang hanya ada di Sri Lanka.
 
Invasi Inggris di Sri Lanka dimulai pada 1789 dengan mengusir Belanda dari negara tersebut.
 
Karena gusar akan penjajahan secara beruntun dari beberapa negara Eropa, rakyat Sri Lanka pada 1900-an mulai menumbuhkan kesadaran akan nasionalisme.
 
 
Mereka mengajukan rancangan konstitusi yang menyatakan bahwa penduduk pribumi harus mendapat mayoritas kursi dalam pemerintahan.
 
Tekanan terus diberikan oleh golongan nasionalis, hingga pada 1944 Inggris membentuk konstitusi baru, namun tidak sepenuhnya memerdekakan Sri Lanka.
 
Baru pada Agustus 1947, Inggris mulai memberikan kemerdekaan penuh. Mereka diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan pertama untuk menentukan pemimpinnya.
 
Partai Persatuan Nasional (UNP) berhasil meraih suara mayoritas, kemudian terpilih Don Stephen Senanayake sebagai perdana menteri pertama.
 
Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Februari 1948, Ceylon atau Sri Lanka menjadi negara merdeka sepenuhnya.
 
Olahraga utama yang paling populer di masyarakat Sri Lanka adalah bola voli. Ini tentu sangat berbeda dengan negara Asia Selatan lainnya yang lebih menyukai kriket. Voli pertama kali diperkenalkan di negara itu pada 1916 dan berkembang secara cepat.
 
Sebagai bentuk dukungan pemerintah, Federasi Bola Voli Sri Lanka dibentuk pada 4 September 1951. Ini disusul dengan pembentukan tim voli pertama pada 1955.
 
Sri Lanka kemudian berhasil meraih medali emas pertamanya dalam ajang South Asian Games ke-V yang diadakan di Kolombo pada 1991 oleh tim bola voli wanita.
 
Pada akhirnya, voli diakui sebagai permainan nasional Sri Lanka dengan persetujuan dari Nanda Mathew, mantan Menteri Olahraga berdasarkan usulan yang diajukan oleh Sub-Panitia di bawah pimpinan Dr. Vini Witharana.
 
Dilansir Rickshaw Travel, Sri Lanka memiliki dua nama julukan yang kerap mendeskripsikan potensi dari negaranya.
 
Yang pertama adalah 'mutiara dari Samudera Hindia'. Penyebutan ini diberikan berdasarkan keindahannya yang luar biasa.
 
Keanekaragaman hayati yang beragam, merupakan yang tertinggi di Asia, menjadikan negara ini layak menyandang gelar tersebut. 
 
Selain itu, penyebutan itu juga diberikan karena Sri Lanka merupakan salah satu negara yang produk ekspornya adalah batu permata.
 
Nama kedua adalah 'tetesan air mata India'. Pemberian nama ini semata karena bentuk pulau dari Sri Lanka di Samudera Hindia yang menyerupai tetesan air mata dari anak benua, India.
 
Dilansir Trading Economics, salah satu produk ekspor utama Sri Lanka adalah teh, yakni sebanyak 17 persen dari total ekspor.
 
Angka ini menyusul dua produk utama lainnya, yaitu tekstil dan garmen yang menempati posisi utama sebagai produk ekspor negara tersebut sebesar 52 persen.
 
Industri Teh Ceylon mampu mencatatkan ekspor senilai 1,24 miliar dollar AS pada 2019, menurut laman Sri Lanka Business.
 
Konsumen utama Teh tersebut adalah negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, India, Arab Saudi, Rusia, Turki, dan Iran.
 
Rempah-rempah seperti kayu manis juga menjadi produk lain dari negara itu yang berhasil mendominasi pasar dunia.
 
Permintaan sepenuhnya didasarkan pada kualitas rempah-rempah Sri Lanka yang ditanam di bawah kondisi cuaca yang sempurna.
 
Bendera nasional Sri Lanka adalah salah satu bendera tertua di dunia. Bendera bergambar singa emas tersebut telah digunakan oleh raja pertama Sri Lanka, Vijaya, dari India pada abad ke-5 sebelum masehi.
 
Singa emas tetap menjadi bagian dari bendera sampai 1815 ketika Sri Lanka menjadi wilayah jajahan Inggris, di mana bendera Union Ceylon Inggris menggantikannya.
 
Gambar singa emas memegang pedangnya baru kembali diperkenalkan pada 1948 setelah kemerdekaan dicapai pada tahun yang sama.
 
Pasca kemerdekaan dari Inggris, perekonomian Sri Lanka ditopang oleh pendapatan ekspor dan sektor pariwisatanya. 
 
Hasil dari devisa itu kemudian digunakan untuk mengimpor bahan makanan pokok. Setiap penurunan ekspor akan datang sebagai kejutan ekonomi, dan menempatkan cadangan devisa di bawah tekanan.
 
Karena alasan ini, Sri Lanka sering mengalami krisis neraca pembayaran. Sejak 1965 dan seterusnya, negara itu memperoleh 16 kali pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF).
 
Masing-masing pinjaman ini punya persyaratan, yakni Sri Lanka harus mengurangi defisit anggaran, mempertahankan kebijakan moneter yang ketat, memotong subsidi pemerintah untuk makanan bagi rakyat Sri Lanka, dan depresiasi mata uang sehingga ekspor akan menjadi lebih layak.
 
Namun dalam situasi ekonomi yang merosot, Sri Lanka membutuhkan lebih banyak dana untuk menyuntikkan stimulus ke dalam perekonomian.
 
IMF kemudian menggelontorkan lebih banyak pinjaman, namun ekonomi yang tak kunjung membaik justru membuat Sri Lanka menanggung beban utang yang semakin menumpuk.
 
Pinjaman IMF terakhir ke Sri Lanka adalah pada 2016. Negara itu menerima 1,5 miliar dollar AS selama tiga tahun dari 2016 hingga 2019.
 
Seperti biasa, kondisi ekonomi menukik tajam selama periode ini. Pertumbuhan, investasi, tabungan, dan pendapatan turun, sementara beban utang meningkat.
 
Dilansir The Conversation, sebagai imbas persaingan China dan Amerika Serikat, kasus Sri Lanka juga dijadikan alat untuk saling serang satu sama lain.
 
Washington menuduh Beijing yang mengakibatkan Sri Lanka mengalami krisis karena jebakan utang yang diterapkannya.
 
Dalam hal ini, jebakan utang merupakan kondisi di mana negara atau lembaga memberikan pinjaman demi memperluas pengaruh politiknya.
 
Jika peminjam tidak mampu membayar kembali utangnya, maka aset peminjam akan dikuasai oleh pemberi pinjaman.
 
Namun, tuduhan Amerika terhadap China itu rupanya tidak benar. Pinjaman dari China hanya menyumbang sekitar 10 persen dari total utang luar negeri Sri Lanka pada 2020.
 
Porsi terbesar yaitu sekitar 30 persen terkait dengan obligasi negara internasional. 
 
Jepang sebenarnya menyumbang proporsi yang lebih tinggi dari utang luar negeri mereka, yaitu sebesar 11 persen.***
 

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x