Sambil menyaksikan rekannya yang berkaraoke dan kongkow, ada salah satu gerai lukisan dimana pengunjung dapat meminta Budiono, sang pelukis, jika ingin dilukis langsung di lokasi.
Bahkan, Dikdik sang koletktor per barber shopan siap memangkas rambut jika diminta.
Yang membuat suasana begitu artistik dan etnik lantaran semua furniture yang ada di Pasar Nostalgia sarat dengan tempo dulu.
Beragam kursi yang diletakan ditengah bukan saja sebagai display namun bebas untuk diduduki semua pengunjung.
Jika memang ada yang berminat pemiliknya dijamin tak akan menolak asal harganya sesuai.
Pasar Nostalgia tak hanya dikelola oleh manajemen Pasar Modern. Untuk mengakomodir sesama kolektor Pasar Nostalgia, juga dibentuk sebuah paguyuban layaknya sebuah organisasi dan opersionalnya berada di bawah pantauan seorang ketua.
Ketua Paguyuban Pasar Nostalgia yang akrab disapa Bu Anty, bersyukur hingga saat ini Pasar Nostalgia masih tetap eksis di tengah persaingan yang cukup ketat dengan pasar barang antik lainnya yang ada di Kota Bandung.
"Mungkin tahun ini menginjak tiga tahun lebih, sejalan dengan itu kami sesama kolektor di Panos (Pasar Nostalgia) tetap kompak karena memang disini kita mengedepankan kebersamaan," ujarnya kepada Berita KBB.com, Minggu, 18 Oktober 2020.
Anty sendiri memiliki dua kios dimana isinya beragam barang antik dari mulai furniture, batik dan perkakas rumah tempo dulu yang bernilai tinggi.
Anty mengaku, untuk saat ini di masa pandemi Covid -19, Pasar Nostalgia perlahan mulai bergairah lagi.