Kuat Ma'ruf: Ferdy Sambo Perintahkan Bharada E Untuk Menghajar Bukan Menembak Brigadir J

- 9 Desember 2022, 06:23 WIB
Terdakwa Kuat Maruf di persidangan. (Foto: PMJ/Fajar).
Terdakwa Kuat Maruf di persidangan. (Foto: PMJ/Fajar). /
 
 
BERITA KBB - Terdakwa Kuat Ma’ruf mengaku perintah Ferdy Sambo kepada Richard Eliezer alias Bharada E adalah menghajar, bukan menembak Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J di rumah dinas Duren Tiga, Jakarta Selatan.
 
Hal itu disampaikan Kuat saat bersaksi dalam persidangan kasus pembunuhan berencana Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin 5 Desember 2022.
 
Awalnya, Kuat cerita saat itu Yosua masuk ke rumah Duren Tiga diikuti dirinya dan Ricky Rizal. Ketiganya masuk setelah dipanggil Ferdy Sambo yang sudah berada di dalam rumah bersama Richard Eliezer alias Bharada E. 
 
 
“Setelah masuk saya lihat Yosua lagi dimarahin,” ujar Kuat. 
 
“Dimarahin gimana? Coba ceritakan,” ujar Hakim. 
 
“Waktu itu sudah ada bapak di bawah dan sudah ada om Richard saat itu. Waktu itu seingat saya dan sependengeran saya, bapak sempet mengatakan kepada Yosua, 'kamu kurang ajar sekali sama saya',” ujar Kuat.
 
“Saya tanya, seberapa jauh berdiri dengan Ricky?”
 
“Kalau gak salah berdampingan,” ujar Kuat.
 
“Apa saja yang didenger saudara?”
 
“Jadi begitu masuk Yosua lagi hadap sini, bapak lagi marah - marah, boleh saya denger seperti itu. Saya bergeser dong
 
Bapak lagi marah-marah gini, Yosua sempet bilang, 'apa pak' yang saya pahami trus tangannya begini. Saya bergeser ke deket meja kompor, saya denger sekali itu, bapak bilang 'Hajar Chard hajar Chard' trus ditembak sama Richard. Der, der! gatau berapa kali itu, terus Yosua tengkurep di samping tangga,” ujar Kuat.
 
Pada momen inilah, Kuat mengaku tidak melihat Sambo menembak Brigadir J. 
 
“Jadi setelah itu Pak Sambo sempet lihat belakang, jadi pada saat itu saya, terus saya ketakutan. Kalau saya berpikir, bapak sempet nengok begitu, pikir saya, saya juga mau ditembak waktu itu, oh ternyata bapak ke depan tembak - tembak tembok,” ujar Kuat. 
 
“Sebentar, sebelum tembak tembok kapan dia nembak Yosua?”
 
“Saya tidak melihat bapak menembak Yosua,” ujar Kuat. 
 
“Bahasa kamu sama dengan Ricky ya kan, saya tidak tahu, tidak dengar,” ujar Hakim. 
 
 
“Begini yang mulia, kalau posisi jatuhnya Yosua itu saya cuma lihat kakinya kalau dari tempat saya, karena kan samping tangga,” ujar Kuat. 
 
“Saudara itu kan katanya tadi bilang berdiri sejajar,” cecar hakim. 
 
“Iya tapi agak jauh sama Ricky,” ujar Kuat.
 
“Yosua tadi sudah dipraktikkan sama saudara Richard. Berdirinya RE sama RR gak jauh, tapi karena kalian buta dan tuli jadi saudara gak denger dan gak lihat kan gitu yang saudara sampaikan,” ujarnya.
 
“Tidak begitu yang mulia.”
 
“Terus gimana?”
 
“Kalau Pak Sambo nembak, mungkin. Kan saya udah ketutupan tinggal lihat kakinya aja kalau dari tempat saya,” ujar Kuat. 
 
“Bukan, pertanyaan saya, kapan Sambo nembak? Tapi saudara bilang tidak tahu sama dengan Ricky tadi,” ujar Hakim.
 
“Saya gak lihat pak Sambo nembak,” kembali Kuat menegaskan. 
 
“Inilah sudah ku bilang kamu sudah merendahkan dari awal ya kan,” ujar Hakim. 
 
“Saya yang mengalaminya yang mulia di situ,” ujar Kuat. 
 
“Iya terserah saudara tapi faktanya saat ditanya soal penembakan oleh anggota Polres Jaksel saudara bisa jawab dengan tuntas. Apa skenario itu, kan begitu,” ujar hakim.***

Editor: Siti Mujiati

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x