Peringatan HMD ke-73: Perubahan Iklim Indonesia dan Global Lelehkan Salju Puncak Jaya Hingga Tersisa 1 Persen

- 23 Maret 2023, 13:28 WIB
Hari Meterologi Dunia (HMD) diperingati setiap 23 Maret, ini sejarah singkatnya dan tema HMD tahun ini./Pixabay
Hari Meterologi Dunia (HMD) diperingati setiap 23 Maret, ini sejarah singkatnya dan tema HMD tahun ini./Pixabay /

Berita KBB - Hari ini, Kamis 23 Maret 2023 selain bertepatan dengan hari pertama puasa Ramadhan 2023, juga bertepatan dengan Hari Meteorologi Dunia (HMD) yang ke-73.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam puncak peringatan HMD di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, Sumatera Barat, Senin 20 Maret 2023, menjelaskan tren peningkatan suhu udara di Indonesia dan perbandingan dengan suhu udara secara global.

Menurut catatan BMKG, tahun 2016 menempati peringkat 1 tahun terpanas untuk Indonesia, di mana nilai anomali sebesar 0,8 derajat Celsius sepanjang periode pengamatan 1981 - 2020. Peringkat 2 ditempati tahun 2020 dengan nilai anomali sebesar 0,7 derajat Celsius.

Baca Juga: Luar Biasa! Inilah Keutamaan Solat Tarawih Selama Bulan Ramadhan, Harus Makin Semangat!

Lalu, Dwikorita memaparkan catatan BMKG bahwa tahun 2019 menempati peringkat 3 dengan nilai anomali sebesar 0,6 derajat Celsius.


Sementara itu secara global, menurut laporan World Meteorological Organization (WMO) pada awal tahun 2023 lalu menyebutkan, tahun 2022 menempati peringkat 6 tahun terpanas global. WMO mencatat, kurun waktu 2015-2022 menjadi 8 tahun terpanas.


Seperti halnya Indonesia, WMO juga mencatatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas nomor 1, dengan anomali sebesar 1,2 derajat Celsius dalam periode Revolusi Industri. Tahun 2020 juga akan menjadi salah satu dari 3 tahun terpanas yang dicatatkan WMO.


Diketahui, tren pemanasan global yang diamplifikasi oleh kejadian anomali iklim El Nino menjadi pemicu panasnya cuaca di tahun-tahun tersebut. Kondisi ini juga menyebabkan salju abadi Puncak Jaya, Papua meleleh dengan cepat.


Menurut BMKG, salju abadi di Puncak Jaya Papua awalnya memiliki luas 200 km persegi. Namun, kini hanya tinggal tersisa 2 kilometer persegi atau tinggal 1 persen dari luas awal.


Terkait fakta-fakta tersebut, Dwikorita mengajak masyarakat Indonesia bergotong-royong menahan kencangnya laju pemanasan global dan perubahan iklim. Menurutnya, fenomena perubahan iklim ini semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas.

Baca Juga: Arti Mimpi Kambing Menurut Primbon Jawa, Firasat akan Membawa Kabar Bahagia

Dampak perubahan iklim tersebut, menurutnya, terlihat dari berbagai peristiwa alam yang berhubungan dengan iklim. Mulai dari lebih panasnya suhu udara, siklus hidrologi yang terganggu, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia.

Halaman:

Editor: Siti Mujiati

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x