Dark Jokes Bisa Jadi Kajian Baru Akademisi

- 24 Januari 2021, 23:22 WIB
Ilustrasi bercanda
Ilustrasi bercanda /Pexels/ Allan Mas

BERITA KBB - "Dark Jokes” menjadi fenomena yang mencuat di media sosial saat ini, khususnya di Twitter.

Namun, gaya humor ini menuai pro-kontra, terlebih saat penggunaannya dilakukan di tengah situasi yang tidak tepat.

Menanggapi fenomena tersebut, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran S. Kunto Adi Wibowo, M.Comm., PhD, mengatakan, dark jokes menjadi suatu fenomena generasional. Artinya, hanya kelompok usia tertentu yang memahami candaan dalam dark jokes.

Baca Juga: Potensi Kerja Sama Pendidikan dan Kebudayaan RI-AS Bisa Meningkat, Ini Penjelasannya.

“Mungkin ini humornya zaman anak-anak muda. Saya gak bisa ketawa kalau ada dark jokes. Demikian halnya orang tua saya tidak bisa ketawa kalau ada satire jokes di zaman saya,” ungkap Kunto.

Jika dikaitkan dengan teori humor dalam komunikasi, Kunto menjelaskan, humor bisa terjadi tatkala ada gap antara situasi yang sebenarnya dan yang dijadikan candaan. Gap ini, bisa bersifat reflektif, bisa pula merendahkan.

“Gap itu yang membuat kita ketawa,” kata Kunto seperti dikutip dari www.unpad.ac.id

Baca Juga: Wagub Jabar Sidak Masker di Situ Gede Kota Tasikmalaya

Sebagai seorang akademisi, Kunto belum bisa menilai apakah dark jokes merupakan candaan yang layak atau tidak layak. Ini disebabkan, harus ada kajian terlebih dahulu terkait dark jokes lebih dalam.

“Kita harus pending adjust, sebenarnya ada apa di balik dark jokes. Apakah semata merendahkan orang supaya kita merasa lebih baik atau nyaman, ataukah ada semacam refleksi terkait dengan society,” jelasnya.

Halaman:

Editor: Ade Bayu Indra

Sumber: Unpad.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x