Huawei Bidik Pasar Mobil Listrik High End Tapi Tidak Berencana Produksi Sendiri, Bagaimana Strateginya?

- 24 Februari 2023, 23:37 WIB
Ilustrasi pengisian daya mobil listrik. Berikut strategi yang akan diusung Huawei yang dikabarkan mulai berkecimpung di pasar mobil listrik Cina.
Ilustrasi pengisian daya mobil listrik. Berikut strategi yang akan diusung Huawei yang dikabarkan mulai berkecimpung di pasar mobil listrik Cina. /

Berita KBB - Huawei baru-baru ini mengungkap rencana membidik pasar mobil listrik kelas high end. Meskipun tidak memiliki rencana untuk memproduksi kendaraan listrik sendiri, mereka menggandeng produsen dalam negeri untuk menembus pasar kendaraan listrik.

Dilansir Technode, Jumat 24 Februari 2023, CEO Huawei Consumer Business Group, Richard Yu mengatakan, perusahaannya berencana menjual lebih dari 1 juta mobil listrik yang ditenagai oleh Ecosystem Huawei pada 2025 nanti.

Varian dasar kendaraan listrik ini menggunakan perangkat lunak Huawei akan dibanderol dengan harga tidak kurang dari 29.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp441 juta.

Baca Juga: Kasus Penganiayaan Anak Pengurus Pimpinan GP Ansor, Pelaku Dikeluarkan Dari Kampus Universitas Prasetia Mulya

Huawei sendiri berencana akan menggandeng produsen mobil yang bersaing dengan penguasa pasar seperti BYD dan Tesla, yang menjual mobil listrik dengan harga rata-rata 33.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp500 juta.

Adapun perusahaan-perusahaan yang digandeng Huawei di antaranya Seres, Changan, dan BAIC. Huawei juga akan bekerjasama dengan JAC Motors dan Chery Automobile, produsen mobil plat merah yang dikenal dengan kemitraannya bersama Jaguar Land Rover.

Sebelumnya, Huawei tersungkur akibat sanksi berat yang dijatuhkan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir. Saat masuk daftar entitas dagang Amerika Serikat, produsen ini diboikot oleh seluruh perusahaan di sana dan mengalami kerugian besar.

Baca Juga: Beberapa Kendaraan Tenggelam Setelah Menerobos Banjir di Flyover Cimindi, Kota Cimahi, Jawa Barat

Pada 2021, laba Huawei merosot 28,6 persen ke angka 636,8 juta yuan atau sekira Rp1,4 kuadriliun lantaran tidak bisa mengakali sanksi Amerika Serikat dan pencekalan dagang dalam 3 tahun terakhir.

Halaman:

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x