Penuh Momen Emosional, Black Panther: Wakanda Forever Resmi Tayang di Bioskop. Begini Review-nya!

- 11 November 2022, 23:41 WIB
Download Film Black Panther: Wakanda Forever
Download Film Black Panther: Wakanda Forever /Swasti/JG/Tangkapan layar IG @wakandaforever_official_movie
 
 
BERITA KBB - Ketika Black Panther (2018) dirilis, slogan "Wakanda Forever" berhasil menjadi trending di mana - mana. Kini, ketika sekuelnya yang bertajuk Black Panther: Wakanda Forever (2022) hadir, slogan tersebut justru menjadi pengingat kalau Marvel Cinematic Universe (MCU) pernah memiliki seorang aktor yang sangat luar biasa, yakni Chadwick Boseman.
 
Selaku film penutup Phase 4 MCU, Black Panther: Wakanda Forever sejatinya merupakan tribute bagi mendiang aktor pemeran T'Challa alias Black Panther tersebut. Meski dikemas secara emosional, film superhero yang tayang sejak 9 November lalu di bioskop ini uniknya juga mampu menghibur penonton lewat sajian aksi dan komedinya, lho.
 
Sudah ada rencana untuk menontonnya? Jika belum, review film Black Panther: Wakanda Forever di bawah ini mungkin bisa membujukmu untuk segera berangkat ke bioskop. Yuk, simak!
 
 
“If I sit and think about my brother too long, it won’t be these clothes that burn it will be the world and everyone in it.”
 
Kalimat di atas terlontar dari mulut Shuri (Letitia Wright) ketika ibunya, Ratu Ramonda (Angela Bassett), menyuruhnya membakar baju berkabungnya di hari peringatan satu tahun kematian T'Challa alias Black Panther (Chadwick Boseman). 
 
Shuri jelas tampak marah kepada dunia. Namun, seperti kata pepatah, Wakanda harus terus berjalan, meski sang Black Panther telah tiada.
 
Sepeninggal T'Challa, Shuri lebih banyak menghabiskan waktunya di laboratorium. 
 
Sementara Ramonda, yang kini menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin kerajaan, berusaha membereskan masalah politik terkait perebutan sumber daya vibranium oleh negara - negara penjajah.
 
 
Mengira masalah telah selesai, masalah lain justru datang dari Talokan, sebuah negara tersembunyi di bawah laut yang konon telah lebih dulu mengonsumsi vibranium selama berabad - abad. 
 
Pemimpin mereka, seorang mutan yang menyebut dirinya Kukulkan alias Namor (Tenoch Huerta), menawarkan sebuah kesepakatan pada Ramonda.
 
Kesepakatan tersebut mengharuskan Wakanda menyerahkan ilmuwan pencipta alat pelacak vibranium kepada Talokan untuk dibunuh. 
 
Tak ingin hal tersebut terjadi, Ramonda pun diam - diam mengutus Shuri dan Okoye (Danai Gurira) ke Massachusetts untuk mengamankan sang ilmuwan, yang tak lain dan tak bukan adalah mahasiswi jenius bernama Riri Williams (Dominique Thorne).
 
Keputusan Ryan Coogler, selaku sutradara, untuk mengubah Atlantis menjadi Talokan harus diakui adalah langkah yang cerdas. 
 
Seperti yang kamu tahu, Atlantis telah dipakai berulang kali sebagai latar dalam sejumlah film Hollywood, termasuk Aquaman (2018). 
 
Selain sebagai penyegaran, kehadiran Talokan juga semakin menambah keberagaman dalam semesta Marvel.
 
Uniknya, meski terinspirasi dari budaya Aztec, penggambaran Talokan rupanya tak jauh berbeda dari Atlantis versi komik, lho. 
 
Seperti bangsa Atlantis, rakyat Talokan pun digambarkan berkulit biru dan memakai breathing mask yang dapat membantu mereka bernapas di daratan.
 
Namun, yang paling mencuri perhatian tentu adalah Negara Talokan itu sendiri.
 
Tak hanya terasa epik, pengalaman menjelajahi Talokan juga terasa ajaib berkat underwater shot garapan sang sinematografer, Autumn Durald, dan iringan lagu Con La Brisa ciptaan sang komposer, Ludwig Göransson.
 
Tak bisa dimungkiri, duka, kematian, dan kehilangan menjadi tema yang mendominasi dalam Black Panther: Wakanda Forever. 
 
Sejumlah karakter kunci dalam film ini adalah orang - orang yang mempunyai luka batin akibat bergulat dengan penyesalan dan dendam.
 
 
Karakterisasi yang kompleks tersebut berhasil dibawakan dengan gemilang oleh Tenoch Huerta, Angela Bassett, dan Letitia Wright. 
 
Meski diatur sebagai villain, Tenoch Huerta berhasil membuat penonton bersimpati kepada Namor lewat karisma kepemimpinannya.
 
Berperan sebagai Ratu Ramonda, Bassett membuktikan kualitasnya sebagai aktris senior Hollywood. 
 
Letupan emosi, gestur, dan tatapan matanya berhasil menggambarkan perasaan seorang ibu yang berduka sekaligus ratu dari negara terkuat di semesta Marvel.
 
Di sisi lain, Letitia Wright juga menunjukkan transformasi yang luar biasa sebagai Shuri. Bisa dibilang, Black Panther: Wakanda Forever adalah proses mengatasi duka bagi sang princess Wakanda, dan Wright mampu melakoninya dengan effortless. Bravo!
 
Hebatnya, di samping karakterisasi yang kuat tersebut, Ryan Coogler pun tak lalai dalam menghibur penonton lewat sajian aksi yang menjadi ciri khas MCU. 
 
Porsinya memang bisa dihitung dengan jari, tapi tiap kemunculannya mampu mengundang decak kagum.
 
Coba tengok bagaimana cara Coogler mengemas pertempuran antara Wakanda dan Talokan di klimaks. 
 
Sang sineas berhasil menonjolkan kelebihan masing - masing negara, yakni teknologi (Wakanda) dan alam (Talokan).
 
Selain aksi, porsi komedi yang pas juga menjadi kelebihan lain dari Black Panther: Wakanda Forever. Sumber kelucuan terbesar datang dari sikap rebel Aneka (Michaela Coel), si anggota baru Dora Milaje, dan celetukan Riri Williams alias Ironheart yang menggelitik. Bikin ngakak banget, deh!
 
Dua tahun silam, tepatnya pada 28 Agustus 2020, industri perfilman merasa terpukul atas kabar meninggalnya aktor pemeran T'Challa alias Black Panther, Chadwick Boseman. 
 
Kesedihan yang mendalam tersebut juga turut dirasakan oleh sang sutradara Black Panther: Wakanda Forever, Ryan Coogler.
 
Lewat film ini, Coogler mengerahkan seluruh tenaga, hati, dan pikirannya untuk membuat "salam perpisahan" yang layak bagi mendiang Chadwick Boseman. Hal tersebut tampak lewat opening dan ending-nya yang khidmat. 
 
Seakan - akan seluruh pemain dan kru sedang mengheningkan cipta untuk sang mendiang.
 
Sebuah kejutan juga telah dipersiapkan oleh Coogler dalam sebuah post-credit scene yang emosional. 
 
Adegan pasca-kredit tersebut seolah menegaskan bahwa meski T'Challa alias Black Panther telah tiada, tapi "sosoknya" akan terus beregenerasi. Rest in Peace, Chadwick Boseman!
 
Tak berlebihan rasanya jika menyebut Black Panther: Wakanda Forever sebagai film terbaik dalam Phase 4 MCU. 
 
Alur cerita yang emosional, akting para pemain yang dahsyat, aksi dan komedi yang pas, hingga tribute untuk mendiang Chadwick Boseman, sudah cukup menjadi alasan mengapa film ini layak menyandang predikat terbaik.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah