Hari Batik, Mengenalkan Batik ke Dunia Internasional lewat Halaman BAtik 'Google Arts and Culture'

- 1 Oktober 2020, 16:45 WIB
/Ilustrasi

BERITA KBB - Dalam rangka merayakan Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober, "Google Arts & Culture" bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Museum Tekstil Jakarta, Yayasan Batik Indonesia (YBI), dan didukung oleh Kok Bisa, mengumumkan tambahan terbaru untuk halaman Batik di "Google Arts & Culture".

Lebih dari 1.100 tekstil Indonesia ditampilkan dengan resolusi tinggi. Koleksinya meliputi 900 batik (45 pola batik baru), 200 tradisi tekstil Indonesia lainnya (seperti ikat, ulos, dan songket), 23 cerita digital pilihan kurator ahli, materi edukasi yang terintegrasi dan dapat diunduh bagi para pengajar, pelajar, dan orang tua, serta sorotan UKM batik lokal. Selain itu, lebih dari 50 pakar batik di latih melalui lokakarya Gapura untuk membantu memajukan bisnis melalui media digital.

Batik Indonesia diakui dunia sebagai kekayaan budaya sejak sebelas tahun lalu. Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam upaya bersama antara pemerintah dan berbagai komunitas untuk meningkatkan kesadaran publik dan mempromosikan nilai non-material dalam batik. Namun, pandemi memengaruhi perekonomian, termasuk industri kreatif seperti industri busana. Pada bulan April, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan terjadi pengurangan 2,1 juta pekerja di industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Baca Juga: Waspada Dampak La Lina  Terhadap Potensi Ancaman Bencana Hidrometeorologi

“Dalam rangka merayakan hari batik, kain kebanggaan Indonesia, dengan membagikannya kepada lebih banyak audiens, diharapkan memudahkan pembelajaran dan membantu industri lokal untuk berkembang. Kami juga ingin menunjukkan rasa hormat kepada pelaku seni, kreativitas, dan orang-orang Indonesia, khususnya para seniman yang melestarikan kerajinan ini", tutur Direktur Cultural Institute and Art Project di Google, Amit Sood. 

Ketua Galeri Batik YBI Periode 2010-2019 dan aktivis Yayasan Batik Indonesiakata Dr. Tumbu Ramelan, mengatakan bahwa industri batik sedang mengalami kesulitan karena pandemi. Yang paling terdampak adalah usaha kecil dan menengah (UKM), atau industri akar rumput. Sejauh ini, pengusaha batik telah melaporkan bahwa penjualan mereka menurun drastis hingga sekitar 30 persen.

"Cara ini tidak hanya dapat menunjukkan keindahan karya seni kebanggaan nasional kita, tetapi juga memungkinkan orang-orang untuk belajar lebih lanjut tentang ribuan pola batik yang ada dan semoga membantu industrinya, yang meliputi 200.000 pembuat batik di seluruh nusantara,”, tambahnya.*** 

 

 

 

Editor: Ade Bayu Indra


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x