Ini Penyebab Elektabilitas Golkar Tergerus

2 November 2022, 15:32 WIB
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto / Dok. Golkar /

 

BERITA KBB – Elektabilitas Partai Golkar diperkirakan akan menurun bahkan perolehan suara partai berlambang pohon beringin itu akan memperoleh suara yang lebih kecil ketimbang pemilu 2019 lalu.

Sebagaimana dalam survei yang dilakukan SMRC beberapa waktu lalu. Golkar yang saat ini dipimpin oleh Airlangga Hartanto bakal memperoleh suara 8,5 persen padahal pada pemilu lalu memperoleh  12,3 persen.

Hal ini berbanding terbalik dengan PDIP yang meningkat dari 19,3 persen menjadi 24 persen. Begitu juga dengan Gerindra naik dari 12,6 persen menjadi 13,4 persen.

Melihat fenomena survei ini, peneliti dari Pusat Riset Politik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Aisah Putri Budiatri menyebutkan, ada beberapa hal yang menjadi turunnya popularitas Golkar.

Baca Juga: Ada UEFA Youth League dan Balap Motor FIM Junior GP, Ini Jadwal Acara Moji Hari Ini, 2 November 2022

Seperti belum diumumkannya siapakah calon Presiden yang bakal diusung oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk oleh Golkar bersama PAN dan PPP.

Sebab isu koalisi itu tidak lagi berkembang padahal saat ini, isu atas kandidat preisden menjadi perhatian publik.

“Padahal Golkar sudah mendorong sosok Airlangga sebagai kandidat namun dorongan untuk tampil dihadapan publik tidak terlalu kuat. Di luar itu, koalisi, termasuk Golkar, masih berhati-hati menentukan calon," tandasnya.

Tentu saja ini menmbuatGolkar dan dua partai lainnya kalah popilaritas sebab dinilia belum solid mengusung kandidat Presiden.

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Hari Ini 2 November 2022, Akan Ada Bintang Samudera, Suami Pengganti Hingga Telaga Angker

Sedangkan dari luar KIB terdapat sosok yang sudah menonjol. Kta Puput, seperti PDIP dengan Ganjar Pranowo lalu Nasdem dengan Anies Baswedan. “Lalu AHY dengan Demokrat sehingga ini menjadikan Golkar tidak lagi sebagai pusat perhatian publik,” tuturnya.

Selain itu, Golkar cenderung mendukung kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat seperti Undang-Undang Omnibus Law. “Dalam isu itu Golkar menjadi partai yang paling vokal mendukung meski menjadi kontroversi di ruang publik," terangnya.

Puput juga menyebutkan, sosok elite Golkar yang berada di pemerintah dan parlemen belum juga melihatkan program unggulannya yang pro publik.

"Kebanyakan pemberitaan terkait dengan elite-elite Golkar ada pada respons mereka terhadap kebijakan pemerintah atau terkait koalisi menuju pilpres, tetapi bukan prestasi mereka dalam posisi jabatan publik masing-masing elite. Kalaupun mungkin ada, nampak tidak menonjol dan tenggelam dalam diskusi publik," sambungnya.

Menanggapi hal tersebut, Poltisi Partai Golkar, Melkiades Laka Lena menyatakan, pihaknya bekerja nyata di masyarakat. Sebut saja ketika Indonesia dilanda Covid 19 mesin Golkar bekerja dengan konsolidasi yang kuat.

“Bersama dengan figur partai kami berkarya melayani masyarakat dalam berbagai bidang dan peran yg diemban baik eksekutif, legislatif maupun peran fungsionaris dalam berbagai karya kemasyarakatan di pusat dan daerah,“ jelasnya.

 Namun Wakil Ketua komisi IX DPR RI ini tidak membantah memang dibutuhkan sebuah figur kuat untuk menarik suara rakyat. Karenanya, selama ini sang Ketua Umum Airlangga Hartanto sudah bergerak dengan handal membantu masyarakat.

 “Pak Airlangga dan jajaran DPP PG, juga pengurus partai di daerah sampai tingkat desa kelurahan terus bergerak daya gunakan semua potensi partai Golkar terus membantu masyarakat,” ungkap Melki.***

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Tags

Terkini

Terpopuler