Korban KDRT Susah Lepas Dari Jeratan Pasangan? Berikut Alasannya Menurut Pakar!

- 3 Februari 2022, 12:16 WIB
Ilustrasi KDRT
Ilustrasi KDRT /Pixabay
 

BERITA KBB-KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga terkadang menjadi hal yang menakutkan dalam sebuah pernikahan.

Beberapa dari korban KDRT susah lepas dari jeratan pasangannya.

Ada beragam alasan yang mendasari mengapa korban KDRT tetap mau bertahan dengan pasangan yang seringkali melakukan kekerasan.
 
 
Baca Juga: Profil dan Biodata Aldi Bragi yang Gugat Cerai Ririn Dwi Ariyanti: Sudah Cerai Tapi Masih Satu Atap

Tak hanya kekerasan dalam bentuk fisik, terkadang yang tidak disadari adalah kekerasan dalam bentuk verbal, hal ini jg masuk dalam bentuk KDRT.

Kekerasan verbal seperti halnya makian, umpatan, kalimat-kalimat yang merendahkan, menyindir, dan beberapa ucapan yang merusak mental pasangan.

KDRT sejatinya merupakan sebuah siklus yang berulang.
 
 
Baca Juga: Berikut Sinopsis Terpaksa Menikahi Tuan Muda Kamis, 3 Februari 2022 yang semakin seru dan tidak boleh dilewatk

Siklus tersebut akan muncul ketika dihadapkan dengan masalah finansial atau pertengkaran soal anak.

Dalam hal ini, korban seringkali mengalah dan berusaha memperbaiki keadaan karena berharap akan berubah seiring berjalannya waktu.

Ketika usaha tersebut gagal, masuk ke tahap kedua yaitu kekerasan. Setelah melakukan kekerasan, pelaku akan meminta maaf dan memberikan hadiah atau merayu dengan kalimat manis.

Pelaku kekerasan tersebut akan berjanji tak mengulangi perbuatannya lagi. Bahkan beberapa kasus si pelaku merasa pura-puta tidak tahu. Seolah kekerasan tak pernah terjadi.
 
 
Baca Juga: Ridwan Kamil Dukung Tindakan Tegas Pelanggar Prokes di Subang

Kemudian masuklah tahap keempat yaitu tahap ketenangan. Korban dan pelaku seolah menjalani hari-hari biasanya. Namun saat timbul suatu permasalahan,  pasangan tersebut akan kembali lagi ke siklus yang pertama.

Begitu seterusnya siklus KDRT ini akan berputar tanpa henti.

Menurut Pakar, ada beberapa alasan korban KDRT bertahan dengan pasangannya yang seringkali melakukan kekerasan.

Berikut alasannya menurut Pakar sebagaimana dirangkum BERITA KBB lewat berbagai sumber.

1. Timbul Rasa Malu
Menurut korban KDRT, alasan ia bertahan karena ia merasa bahwa perceraian merupakan sebuah aib.

Terlebih jika orang tahu bahwa pasangannya kejam sampai melakukan KDRT.

Korban merasa malu karena gagal mempertahankan keharmonisan keluarganya.

2. Tekanan Sosial atau Spiritual
Para wanita korban KDRT seringkali mendapatkan tekanan sosial atau spritual dalam mempertahankan pernikahannya sekalipun seringkali terjadi kekerasan.

Pasalnya, dalam budaya dan agama tertentu wanita diharuskan patuh terhadap suami.

Korban yang menelan mentah-mentah tentang teori tersebut mempercayai bahwa sudah sepantasnya ia tetap mematuhi suaminya sekalipun pasangannya tidak memperlakukannya dengan baik.

3. Sudah Memiliki Anak
Beberapa korban KDRT menganggap keputusan untuk berpisah dan meninggalkan pasangan yang seringkali melakukan kekerasan akan berakibat pada masa depan anak.

Ia takut akan masa depan anak yang jadi tak menentu nasibnya sehingga ia memilih untuk bertahan demi anak.

4. Depresi
Korban KDRT seringkali dilanda depresi sehingga menjadikannya tak mampu bertindak, membela diri, bahkan meninggalkan pasangannya.

Pasangan seringkali mengekang korban sehingga ia tak lagi bisa berbuat banyak, merasa terisolasi, dan tak memiliki pilihan lain.

Namun beberapa dari warganet beranggapan bahwa korban KDRT berhak untuk bahagia dan menentukan pilihannya, apakah bertahan atau melepaskan.***


Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x