Sisi Gelap Transisi Energi : Penambangan Kobalt di Kongo Antara Kemakmuran dan Kerugian

- 19 September 2023, 11:08 WIB
Sisi Gelap Transisi Energi : Penambangan Kobalt di Kongo Antara Kemakmuran dan Kerugian
Sisi Gelap Transisi Energi : Penambangan Kobalt di Kongo Antara Kemakmuran dan Kerugian /

 

BERITA KBB - Kendaraan listrik (EV) semakin populer di seluruh dunia sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi daripada kendaraan bermesin pembakaran. Namun, di balik kemajuan teknologi ini, ada sebuah ironi yang menyedihkan: penderitaan para penambang kobalt di Republik Demokratik Kongo (RDK).

Kobalt adalah salah satu bahan utama pembuatan baterai lithium-ion yang digunakan oleh EV. Sekitar 60% pasokan kobalt dunia berasal dari sabuk Tembaga Katanga yang kaya mineral, di Republik Demokratik Kongo. Namun, penambangan kobalt di negara ini tidak menguntungkan bagi rakyatnya, melainkan mendatangkan kerugian besar bagi kesehatan, lingkungan, dan hak asasi manusia.

Penambangan Kobalt: Sumber Pendapatan atau Eksploitasi?

Baca Juga: Jadwal Sepakbola Hari Ini 19 dan 20 September 2023. Ada Timnas Indonesia vs Kirgistan dan Real Madrid vs Union

Penambangan kobalt di RDK dilakukan oleh dua jenis penambang: penambang industri dan penambang artisanal. Penambang industri adalah perusahaan-perusahaan besar yang memiliki izin resmi dan fasilitas modern untuk menggali dan memproses bijih kobalt. Penambang artisanal adalah orang-orang biasa yang bekerja secara manual dengan alat-alat sederhana di tambang-tambang kecil yang tidak berizin.

 

Menurut laporan Amnesty International, ada sekitar 110.000 hingga 150.000 penambang artisanal di RDK, yang sebagian besar beroperasi di provinsi Katanga, daerah yang kaya akan mineral. Mereka menjual hasil tambang mereka kepada perusahaan-perusahaan pengolahan kobalt, seperti Congo Dongfang Mining (CDM), anak perusahaan dari Huayou Cobalt, perusahaan China yang merupakan salah satu pemasok utama kobalt bagi produsen baterai dan elektronik global.

 

Penambangan artisanal menjadi sumber pendapatan bagi banyak orang miskin di RDK, yang memiliki pendapatan per kapita terendah di dunia. Namun, pekerjaan ini juga sangat berbahaya dan tidak manusiawi. Para penambang artisanal harus menggali lubang-lubang dalam tanpa perlindungan atau peralatan keselamatan. Mereka terpapar debu, panas, dan radiasi yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru, kulit, dan kanker. Mereka juga rentan terhadap kecelakaan, kekerasan, dan eksploitasi.

Halaman:

Editor: Siti Mujiati

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah