Masuki Musim Kemarau Basah, Curah Hujan di Kota Bandung Masih Signifikan

- 4 Juli 2022, 18:53 WIB
/

BERITA KBB - Pancaroba menuju kemarau sudah mulai terasa memasuki awal Juli ini. Meski memang pada kemarau tahun ini curah hujan di Kota Bandung masih tetap signifikan. Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah.

Staf data dan Informasi Bandan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung, Yuni Yulianti menjelaskan, kemarau basah ditandai dengan dominannya tiupan angin muson Australia atau angin muson timur. Kemudian, posisi matahari pun sudah mulai bergerak ke arah utara.

"Suhu di pagi hari sudah mulai dingin di antara 17,4-19 derajat celcius diakibatkan dari angin tersebut yang membawa masa udara yang kering dan dingin. Tapi, siangnya cukup terik antara 29-30 derajat celcius," jelas Yuni,  Senin, 4 Juli 2022.

Baca Juga: Investcorp dan Ares Capital Tertarik Beli Saham Inter Milan, Suning Bakal Menjualnya Musim Ini?

Selain itu, ia juga menjelaskan, tutupan awan sudah mulai berkurang, sehingga panas matahari akan lebih cepat dilepaskan. Namun, secara kondisi dinamika atmosfir laut terpantau masih hangat.

"Suhu permukaan lautnya masih cukup hangat, sehingga masih menyuplai uap air yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan awan-awan hujan. Maka di sore menjelang malam hari pada sebagian wilayah Jawa Barat termasuk di Kota Bandung kerap terjadi hujan walau sudah masuk kemarau," ungkapnya.

Meski masih signifikan, Yuni mengatakan, berdasarkan perhitungan BMKG, selama dasarian atau 10 hari berturut-turut terakhir, curah hujan sudah mulai kurang dari 50 mm. Sehingga telah dikategorikan memasuki awal musim kemarau.

Baca Juga: Marc Klok Membawa Hal Baru Pada Saat Latihan Bersama Persib, Apa Itu? Akankah Musim Ini Semakin Moncer?

Ia menambahkan, terjadi variabilitas musim atau pergeseran musim yang mengakibatkan waktu dan durasi cuaca mulai berganti. Dulu, pada April-September biasanya sudah masuk pada kategori musim kemarau. Lalu, Oktober-Maret memasuki musim hujan.

"Tapi, ke depan ini sudah mulai mengalami pergeseran musim. Tentu terkait dengan banyak faktor ya, seperti banyak terbentuknya pusat tekanan rendah, terbentuknya sirkulasi siklonik," jelasnya.

Halaman:

Editor: Ade Bayu Indra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah