BERITA KBB - Hasil Survei Indonesian Politick Research and Consulting (IPRC) menunjukkan bahwa warga Kota Bandung akan memilih calon pemimpin berdasarkan identitas baik suku maupun agama. Hal itu dinilai suatu hal yang rentan untuk digunakan agenda politik identitas.
Begitu disampai peneliti IPRC Fahmi Iss Wahyudi, dalam Rilis Temuan Survei Persepsi Publik Terkait Politik Identitas Di Kota Bandung, di Anatomi Coffea and Space, Jl. Merdeka Kota Bandung, Jumat (26/8/2022).
"Perlu diperhatikan bahwa presentase warga yang setuju dengan indicator etnis/suku, dan agama memiliki kerentanan untuk dijangkau oleh agenda politik identitas. Sehingga, Instansi dan pihak terkait harus melakukan mitigasi antisipasi, penanganan dan pencegahan," kata Fahmi.
Baca Juga: Menebak Keikutsertaan Boris Syaifullah Terjun di Dunia Politik
Fahmi menilai, pemilihan wakil rakyat seharusnya dilepas dari isu-isu identitas. Hal itu untuk memastikan setiap pemimpin atau wakil rakyat yang dipilih memiliki kualitas yang mumpuni.
"Harusnya preferensi memilih idealnya dari kompetensi, latar belakang rekam jejak kemampuan dalam memimpin," tegas Fahmi.
"Kalau itu distorsi menjadi isu dia harus satu etnis, satu daerah, satu agama, itu yang dikhawatirkan dalam konteks pengelolaan negara di era modern," tambahnya.
Fahmi menuturkan, pihaknya telah melakukan survei terkait politik identitas di Kota Bandung dengan melibatkan sampel 1002 orang pada rentang 20-30 Juli 2022. Sampel beras dari 30 kecamatan di Kota Bandung dan dipilih secara acak.