Apa Itu Sesar Lembang? Pengertian Hingga Sejarah, Dampaknya Bisa Picu Gempa Besar

- 2 Januari 2024, 19:59 WIB
Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat pada Minggu, 7 Maret 2021.
Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat pada Minggu, 7 Maret 2021. /Antara/Raisan Al Farisi/
 
 
BERITA KBB - Nama sesar lembang mendadak naik daun pasca gempa di Sumedang beberapa waktu yang lalu. 
 
Konon, patahan ini dapat memicu gempa dengan magnitudo yang lebih besar daripada sesar cimandiri. Tidak sedikit masyarakat lalu mencari tahu bentang alam ini.
 
Buatmu yang penasaran, yuk simak dibawah ini penjelasannya.
 
Sebagaimana yang kita ketahui, bumi terdiri dari tumpukan lapisan. Mulai bagian inti hingga kerak yang paling luar, beberapa beraktivitas dan memengaruhi kehidupan manusia di permukaan. Salah satunya, pergerakan dari sebuah sesar atau patahan.
 
 
Dilansir dari United States Geological Survey, sesar atau patahan merupakan rekahan atau zona rekahan antara dua blok batuan. 
 
Retakan pada kerak bumi ini bisa terjadi akibat adanya pergerakan di lapisan dalam.
 
National Park Service menyebutkan bahwa gerakan dari dua blok batuan ini bisa masif dan terjadi pada batas antara lempeng tektonik atau sangat kecil. 
 
Jika ketegangan menumpuk di sepanjang patahan, lalu tiba-tiba dilepaskan, hal tersebut bisa memicu gempa bumi.
 
Adapun sesar lembang merupakan rekahan bergeser yang berada di kawasan Kota Bandung. Peta sesar lembang meliputi Gunung Batu Lembang, Batunyusun, Gunung Batu, Gunung Lembang, Cihideung, Jambudipa, dan berakhir di bagian utara Padalarang. Adapun panjang sesar lembang mencapai sekitar 29 kilometer.
 
Sejarah sesar lembang tidak bisa lepas dari awal terwujudnya Pulau Jawa. Pulau ini terbentuk sekitar 70 – 35 juta tahun sebelum Masehi dengan struktur penyusunnya adalah batuan metamorf dan batuan beku.
 
Dilansir situs Disaster Geo UGM, Jawa Barat memiliki usia batuan yang lebih tua dibanding Jawa Tengah atau Jawa Timur. 
 
 
Alasannya, dasar  batuan di pulau bagian timur terbentuk pada tahap akhir setelah tumbukan lempeng Hindia-Australia dan Eurasia.
 
Tumbukan dua lempeng bumi tersebut terus terjadi sehingga mengakibatkan lempeng Eurasia yang berada di kawasan Jawa terdesak. 
 
Gerakan tersebut akhirnya membentuk sesar atau patahan yang ada di sebagian besar wilayah selatan Pulau Jawa.
 
Sumber lain menyebutkan bahwa sesar ini muncul akibat perkembangan kompleks Gunung Api Sunda-Burangrang yang terdapat di kawasan Padalarang dan Sumedang. 
 
Aktivitas tersebut menghasilkan zona depresi di Lembang sebagai sesar turun yang kemudian berkembang menjadi sesar mendatar. 
 
Daryono, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, pada Antara mengungkapkan bahwa sesar lembang cenderung memiliki pergerakan yang lambat, yakni sekitar 2-3 mm/tahun. Meski demikian, aktivitas sesar ini dapat menyebabkan gempa bumi skala kecil.
 
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sesar lembang menunjukkan aktivitas cukup intens sekitar tahun ‪2010-2012‬
 
Pada 2011, pergerakan sesar ini menimbulkan gempa dengan magnitudo 3,3 sr. Gempa tersebut mengakibatkan 384 bangunan rusak dan rusak parah.
 
Penggalian paleoseismologi yang tercatat dalam sebuah publikasi di Tectonophysics menemukan bukti adanya gempa bumi yang terjadi minimal tiga kali pada abad ke-15. Gempat tersebut terjadi sekitar ‪2300-60‬ sebelum Masehi dan ‪19620-19140‬ sebelum sekarang (BP). 
 
Dalam penelitian yang sama juga ditemukan bahwa sesar lembang berpotensi menghasilkan gempa berkekuatan 6,5-7,0 Mw. 
 
Diperkirakan juga aktivitas tersebut akan terjadi lagi dengan waktu perulangan ‪170-670‬ tahun.
 
Meski aktivitas tersebut masih diperkirakan, tetapi tidak ada salahnya untuk mulai mengantisipasi. Pengetahuan mitigasi diperlukan guna menghindari dampak negatif lebih besar.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x