Perubahan Iklim Membuat Lebih Sulit untuk Memerangi Penyakit Menular

26 September 2023, 15:52 WIB
Perubahan Iklim Membuat Lebih Sulit untuk Memerangi Penyakit Menular /

 

BERITA KBB - Perubahan iklim adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia di abad ke-21. Selain menyebabkan bencana alam, perubahan iklim juga dapat memperburuk penyakit menular yang telah merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia. Bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi penyebaran dan pengobatan penyakit seperti AIDS, TBC, dan malaria?

 

Perubahan Iklim dan Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satu organisme ke organisme lain, baik melalui kontak langsung, vektor (seperti nyamuk atau tikus), atau lingkungan (seperti air atau udara). Beberapa penyakit menular yang paling mematikan di dunia adalah AIDS, TBC, dan malaria.

 

AIDS adalah sindrom yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat penderitanya rentan terhadap infeksi oportunistik. Menurut data WHO, sekitar 37,7 juta orang hidup dengan HIV di tahun 2020, dan 690 ribu orang meninggal karena penyakit terkait AIDS.

 

TBC adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui batuk atau bersin. TBC dapat menyebabkan batuk berdarah, demam, penurunan berat badan, dan kematian jika tidak diobati. Menurut data WHO, sekitar 10 juta orang menderita TBC di tahun 2020, dan 1,4 juta orang meninggal karena penyakit ini.

 Baca Juga: Atdikbud Singapura Buka OSMB Universitas Terbuka Pokjar Singapura dengan Penyematan Almamater

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Malaria dapat menyebabkan demam tinggi, menggigil, anemia, dan koma jika tidak diobati. Menurut data WHO, sekitar 229 juta kasus malaria terjadi di tahun 2019, dan 409 ribu orang meninggal karena penyakit ini.

 

Perubahan iklim dapat mempengaruhi penyebaran dan pengobatan penyakit menular ini melalui beberapa mekanisme, antara lain:

Meningkatkan suhu udara dan air, yang dapat memperluas wilayah dan musim penularan vektor penyakit, seperti nyamuk pembawa malaria atau dengue.

Mengubah pola curah hujan dan kelembaban, yang dapat mempengaruhi ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta meningkatkan risiko banjir atau kekeringan yang dapat menyebarkan patogen melalui air atau tanah.

Memicu bencana alam seperti badai, kebakaran hutan, atau gelombang panas, yang dapat merusak infrastruktur kesehatan, mengganggu layanan medis, menggusur penduduk, dan meningkatkan paparan terhadap polusi udara atau asap.

Meningkatkan konflik sosial dan politik akibat persaingan sumber daya atau migrasi paksa, yang dapat menghambat akses ke pencegahan dan pengobatan penyakit menular, serta meningkatkan kerentanan terhadap kekerasan atau trauma.

 Baca Juga: Profil Kaesang Pangarep Resmi Diangkat Jadi Ketum PSI, Anak Muda Dalam Kancah Politik

Upaya Global untuk Memerangi Penyakit Menular

Salah satu inisiatif internasional terbesar untuk memerangi penyakit menular adalah Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GFATM), sebuah kemitraan antara pemerintah, organisasi sipil, sektor swasta, dan komunitas yang terkena dampak. GFATM didirikan pada tahun 2002 dengan tujuan untuk mengakhiri epidemi AIDS, TBC, dan malaria pada tahun 2030.

 

GFATM telah memberikan dukungan finansial dan teknis kepada lebih dari 100 negara untuk meningkatkan program-program kesehatan nasional mereka. Beberapa hasil yang dicapai oleh GFATM antara lain:

Memberikan obat antiretroviral untuk HIV kepada 24,5 juta orang di tahun 2020, yang dapat menekan virus dan mencegah penularan lebih lanjut.

Memberikan pengobatan untuk TBC kepada 6,7 juta orang di tahun 2020, yang dapat menyembuhkan penyakit dan mencegah resistensi obat.

Mendistribusikan 220 juta kelambu berinsektisida untuk mencegah malaria di tahun 2020, yang dapat mengurangi gigitan nyamuk dan mengurangi beban parasit.

Namun, upaya GFATM juga menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim dan konflik. Menurut laporan GFATM tahun 2023, sekitar 218 penyakit menular manusia, atau 58% dari total 375 penyakit, dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Selain itu, sekitar 40% dari investasi GFATM berada di negara-negara yang rentan terhadap konflik atau krisis kemanusiaan.

 

Peter Sands, direktur eksekutif GFATM, mengatakan bahwa dunia kemungkinan besar tidak berhasil mencapai target mengakhiri AIDS, TBC, dan malaria pada tahun 2030 tanpa “langkah luar biasa” untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan konflik terhadap kesehatan. Ia menyerukan kerjasama global yang lebih kuat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan iklim, dan menyelesaikan konflik.

 

 

Perubahan iklim adalah ancaman serius bagi kesehatan manusia, terutama bagi mereka yang hidup di negara-negara berkembang yang paling terpapar dan paling rentan terhadap penyakit menular. Perubahan iklim dapat memperburuk penyakit menular seperti AIDS, TBC, dan malaria melalui berbagai jalur yang saling terkait. Untuk memerangi penyakit menular ini, dunia perlu melakukan aksi iklim yang ambisius dan solidaritas kemanusiaan yang tinggi.***

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Tags

Terkini

Terpopuler