BERITA KBB-Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu telah mengumumkan bahwa beberapa bank Rusia akan dikeluarkan dari SWIFT.
Efek dari pemblokiran ini salah satunya dapat membuat nilai Rubel (mata uang Rusia) menjadi hancur.
Pada 28 Februari 2022, Rubel Rusia telah jatuh ke rekor terendahnya terhadap dollar. Saat ini Kurs dolar/rubel naik sekitar 41,50% pada rekor 119 per dollar. Dengan penurunan tersebut, nilai dolar telah naik sekitar 53,77% terhadap rubel dalam bulan ini.
Baca Juga: 4.229 Jiwa Mengungsi Akibat Banjir di Aceh Timur, BPBD Salurkan Bantuan Logistik
Baca Juga: Profil Luhur Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Elina Ribakova, wakil kepala ekonom untuk Institut Keuangan Internasional mengatakan bahwa pemblokiran Rusia kemungkinan dapat menyebabkan bank-bank melemah.
Dampaknya aksi jual Rubel semakin tajam dan menguras uang cadangan Rusia dan mungkin dapat meruntuhnya sistem keuangan Rusia.
Akan tetapi, sampai saat ini, SWIFT belum menentukan daftar lengkap bank yang akan terkena sanksi.
Baca Juga: 15.360 Jiwa di 59 Gampong Terdampak Banjir di Aceh Timur
Baca Juga: Sempat Menuai Kontroversi Soal Aturan Pencairan JHT, Inilah Profil Menaker Ida Fauziyah
Sebagai informasi, SWIFT adalah singkatan dari Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication.
Secara singkat, SWIFT merupakan sistem yang berada di balik sebagian besar transaksi pembayaran dan pengiriman dana internasional.
Kemungkinan sanksi yang akan diterima Bank Sentral Rusia adalah membatasi kemampuan Rusia untuk menarik jalur kreditnya di IMF, sehingga dapat memengaruhi kemampuannya untuk mengakses sekitar $20 miliar yang diyakini berada di Bank for International Settlements.
Baca Juga: Profil dan Biodata Fuji, Calon Adik Ipar Youtuber Atta Halilintar
Dengan menargetkan bank sentral, Negara Barat dapat memperumit pemberlakuan kebijakan moneter dan menghilangkan sumber dana potensial untuk mendukung sektor perbankan sehingga dapat membuat ekonomi Rusia jadi berantakan.***