Mengenal Sosok Motinggo Busye, Penulis Novel Buang Tonjam ‘Dia Bukan Manusia’ dan 7 Manusia Harimau

- 24 November 2020, 17:53 WIB
Serial Dia Bukan Manusia tayang perdana malam ini di SCTV
Serial Dia Bukan Manusia tayang perdana malam ini di SCTV /instagram.com/diabukanmanusia_ofc/

 


BERITA KBB – Sinetron Dia Bukan Manusia yang tayang perdana Senin, 23 November 2020 di SCTV diadaptasi dari novel karya Motinggo Busye berjudul Buang Tonjam.

Selain Buang Tonjam, karyanya yang diadaptasi jadi film dan sinetron yaitu Tujuh Manusia Harimau yang difilmkan pada tahun 1980-an dan sinetron dengan judul yang sama pada 2014-2016 di RCTI.

Banyak yang tidak tahu, Motinggo Busye adalah penulis novel yang telah melahirkan karya-karya yang luar biasa. Sebagian besar karyanya bergenre fiksi misteri.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok Rabu 25 November 2020: Cinta Sampai Keuangan Libra, Scorpio dan Sagitarius

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aries, Taurus dan Gemini Besok Rabu 25 November 2020: Dari Cinta hingga Keuangan

Berikut profil Motingo Busye dikutip dari berbagai sumber.

Motinggo Boesje lahir di Kupang Kota, Telukbetung, Lampung,  21 November 1937 – meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999 pada umur 61 tahun. Ia adalah seorang sastrawan, sutradara, dan pelukis Indonesia.

Sepanjang hidupnya, Motinggo telah menulis lebih dari 200 karya yang sampai saat ini masih tersimpan di Perpustakaan Kongres di Washington, D. C.

Di taman kota Seoul, Korea Selatan, namanya terpahat di antara 1.000 sastrawan dunia. Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa asing, antara lain bahasa Ceko, Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Korea, Jepang, dan Mandarin.

Baca Juga: PROFIL, Biodata Lengkap Audi Marissa dan Anthony Xie, Pasangan Asli Pemain ‘Dia Bukan Manusia’

Baca Juga: LINK Live Streaming Indonesian Idol 2020 Malam Ini, Tayang Setelah Sinetron Ikatan Cinta RCTI

Naskah dramanya, Malam Jahanam, merupakan salah satu karya yang paling banyak dipentaskan di panggung-panggung teater Indonesia sejak kali pertama diterbitkan pada 1958.

Karya-karya Motinggo memiliki kekuatan cerita, watak tokoh, latar peristiwa, dan sejumlah anasir seni peran lainnya yang terdapat dalam karya Motinggo ini. Tidak salah bila Departemen P & K Republik Indonesia mengganjarnya dengan hadiah pertama Sayembara Penulisan Naskah Drama 1958.

Karya lainnya, Novel Tujuh Manusia Harimau sempat difilmkan era 80-an dengan judul Tujuh Manusia Harimau, mengambil latar peristiwa Lampung.

Baca Juga: Sinopsis Lava & Kusha ANTV, Selasa 24 November 2020, Rama Diminta Adil dengan Shinta

Baca Juga: LAPOR ke Sini Jika Belum Terima BLT Subsidi Gaji BPJS Ketenagakerjaan Tahap 5

Novel ini juga menegaskan kedekatan Motinggo dengan kosmologi masyarakat Indonesia kebanyakan yang masih lekat dengan mitos dan legenda. Inilah salah satu kekayaan yang senantiasa digali Motinggo dan telah menginspirasi sekian banyak ceritanya.

Tegangan antara hasrat dan naluri-naluri alamiah manusia dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, perubahan, dan kekuatan yang lebih besar yang menguasai alam semesta menjadi adonan cerita yang senantiasa mampu memompa adrenalin pembaca untuk terus hanyut dengan karyanya yang nikmat-memikat itu.

Baca Juga: CAIR! Cek BLT Subsidi Gaji BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 Tahap 5, Begini Caranya

Baca Juga: Sudah Lama Terlupakan, Akhirnya Hero Koboy Dapat Revamp Dari Moonton

Masa muda Motinggo Busye dihabiskan di banyak tempat. Dia menamatkan SMA di Bukittinggi, kemudian melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (tidak tamat).

Pernah menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961--1964) dan ketua II Koperasi Seniman Indonesia. Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat Hadiah Pertama

Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958 dan cerpennya, Nasehat buat Anakku, mendapat hadiah majalah Sastra tahun 1962.

Baca Juga: 3 Materi Pelajaran Olahraga untuk Jaga Kebugaran Murid Meski Masih #DiRumahAja

Baca Juga: Menaker Ida: 29,12 Juta Orang Penduduk Usia Kerja Terdampak Pandemi Covid-19

Berikut sejumlah novel yang telah Motinggo tulis sepanjang hidupnya.

•    Malam Jahanam (1962).
•    Tidak Menyerah (1963).
•    Hari Ini Tak Ada Cinta (1963).
•    Perempuan Itu Bernama Barabah (1963).
•    Dosa Kita Semua (1963).
•    Tiada Belas Kasihan (1963).
•    Sejuta Matahari (1963).

Baca Juga: Selamat Jalan Rossi, Kisahmu 15 Tahun Bersama Yamaha Akan Dikenang..

Baca Juga: Kembali Marah-Marah, dr. Tirta Pertanyakan Kinerja Satgas Covid-19 Selama Delapan Bulan

•    Penerobosan di Bawah Laut (1964).
•    Titian Dosa di Atasnya (1964).
•    Cross Mama (1966).
•    Tante Maryati (1967).
•    Sri Ayati (1968).
•    Retno Lestari (1968).

Baca Juga: Ini Kalimat Cool dan Sedikit Menyebalkan yang Sering diucapkan Aldebaran di Ikatan Cinta RCTI, Gemes

Baca Juga: DAHSYAT!! Ikatan Cinta RCTI Sentuh Rating TVR 10,1 Unggul Jauh Dari Acara Lain, Dekati Anak Jalanan

•    Dia Musuh Keluarga (1968).
•    Sanu, Infita Kembar (1985).
•    Madu Prahara (1985).
•    Dosa Kita Semua (1986).
•    Tujuh Manusia Harimau (1987).
•    Dua Tengkorak Kepala (1999).
•    Fatimah Chen Chen (1999).***

 

Editor: Cecep Wijaya Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah