BERITA KBB-Bayangkan ketika Anda sedang membuka artikel memasak sembari duduk menunggu bus, bersama desakan ramai orang-orang di kanan-kiri, seketika justru muncul iklan penis di layar ponsel Anda. Kira-kira bagaimana reaksi Anda?
Dalam bayangan Anda, mungkin tampak pandangan menghujat dan cemooh dilayangkan kepada Anda. Namun percayalah, bahwa diam-diam mereka mungkin tersenyum maklum. Karena 14 dari 15 penumpang di halte tersebut ternyata jua pernah mengalami hal serupa.
Nyatanya, kasus si iklan penis adalah satu dari sekian variasi iklan intrusif atau iklan serobot yang merajalela. Iklan ini memang berniat sengaja menyerobot situs tujuan Anda, ia ialah perwujudan parasit di situs yang ia tumpangi, dan merupakan hama di era media digital.
Praktik iklan intrusif sejatinya telah ditolak oleh para pelaku industri iklan digital yang tergabung dalam enam asosiasi.
Asosiasi tersebut adalah idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia), IDA (Asosiasi Digital Indonesia), APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia), AAPAM (Association of Asia Pacific Advertising Media), dan P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia).
Tidak jarang konten-konten yang ditampilkan dari iklan ini memuat gambar yang vulgar atau mengarah ke perjudian (Nistanto, 2014). Menurut idEA dan IDA, format iklan serobot mempunyai dua bentuk, interstitial ads dan off-desk ads.
Jenis pertama biasa ditayangkan sebelum pengguna masuk ke laman situs yang dituju, atau disebut juga between-the-page. Sedangkan, off-desk ads akan tampil di bagian atas dan menutupi sebagian halaman sebuah situs (Paramita, 2014).
Baca Juga: Sinopsis Suami Pengganti Hari Ini Kamis 9 Februari 2023: Celine Berani Ungkap Isi Hatinya Pada Saka