Profil Anggi Frisca Sinematografer dan Sutradara Visioner Indonesia Peraih Penghargaan TOYP 2023

- 3 Oktober 2023, 20:33 WIB
Anggi Frisca,
Anggi Frisca, /Istimewa /

JCI menginspirasi generasi muda untuk menyadarkan akan tanggung jawab mereka sebagai warga dunia untuk mengambil peran nyata dalam menciptakan dunia yang lebih baik.

The Outstanding Young Persons (TOYP) adalah acara penghargaan rutin setiap tahun dari JCI Indonesia yang bertujuan untuk mengakui dan mengapresiasi para pemimpin muda yang turut membentuk masa depan Indonesia.

Baca Juga: Bey Machmudin Sebut KIJB 2023 Ciptakan Ekosistem Berkelanjutan

Lahir di Bandung pada tanggal 2 Juli 1984, minat Anggi pada dunia perfilman sudah muncul sejak masa remajanya. Kecintaannya pada dunia perfilman membawanya untuk mengambil gelar sarjana di bidang sinematografi di Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2002.

Perjalanan profesional Anggi dimulai pada tahun 2005 ketika ia magang sebagai asisten penata kamera Yudi Datau dalam film "Denias, Senandung di Atas Awan". Pengalaman ini menandai awal kolaborasinya dengan Yudi dalam film-film berikutnya, termasuk "King" (2009), "Alangkah Lucunya (Negeri Ini)" (2010), dan "5 cm" (2012).

Kontribusinya yang luar biasa sebagai sinematografer meliputi film-film seperti "SAIA" (2009) yang disutradarai oleh Djenar Maesa Ayu, "Mata Tertutup" (2012) yang disutradarai oleh Garin Nugroho, dan "Tanah Surga... Katanya" (2012) yang disutradarai oleh Herwin Novianto.

Baca Juga: My Hero Ultra Rumble: Game Baru yang Mengadaptasi Anime My Hero Academia

Anggi menerima nominasi pertamanya untuk Pengarah Sinematografi Terbaik di Festival Film Indonesia pada tahun 2012 untuk film "Tanah Surga... Katanya".

Ia terus mendapatkan nominasi di kategori yang sama untuk "Night Bus" di FFI 2017 dan "Sekala Niskala" di FFI 2018. Melalui "Sekala Niskala", Anggi meraih penghargaan di Malaysia Golden Global Awards 2018 untuk Sinematografi Terbaik.

Anggi merambah dunia penyutradaraan dengan film dokumenter panjang perdananya, "Negeri Dongeng," yang diproduksi di bawah bendera Aksa7Art, sebuah komunitas yang ia dirikan, yang kemudian berevolusi menjadi perusahaan produksi independen bernama Aksa Bumi Langit. Film dokumenter ini mendapatkan nominasi untuk Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2017.

Halaman:

Editor: Ade Bayu Indra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah