Asbes Masih Dipakai di Indonesia
Meskipun sudah banyak negara yang melarang asbes, Indonesia masih belum mengikuti jejak mereka. Indonesia masih mengizinkan penggunaan salah satu jenis asbes, yaitu asbes putih atau krisotil, yang diklaim sebagai jenis asbes yang paling aman. Asbes putih masih digunakan untuk pembuatan atap rumah, papan semen, isolasi pipa, rem kendaraan bermotor, dan produk lainnya.
Alasan utama mengapa Indonesia masih memakai asbes adalah karena faktor ekonomi. Asbes merupakan bahan bangunan yang murah dan mudah didapatkan. Selain itu, industri asbes juga memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional dan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Menurut data dari Asosiasi Produsen Atap Serat Semen Indonesia (APASSI), industri asbes di Indonesia memiliki nilai pasar sekitar Rp 4 triliun per tahun dan menyerap sekitar 15 ribu tenaga kerja.
Menurut data Kementerian Perdagangan, impor asbes ke Indonesia mencapai 141.540 ton pada tahun 2019. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor asbes terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan akan asbes masih tinggi di Indonesia, terutama karena harganya yang murah dan daya tahannya yang lama.
Baca Juga: Hari Perhubungan Nasional: Momentum untuk Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan Perhubungan
Namun, alasan ekonomi ini tidak sebanding dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh asbes. Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2017, diperkirakan ada sekitar 14.600 kasus penyakit akibat paparan asbes setiap tahunnya di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 4.000 kasus berujung pada kematian. Studi ini juga menunjukkan bahwa biaya pengobatan penyakit akibat asbes mencapai Rp 1 triliun per tahun.