Kedua, santri harus pandai bergaul. Dengan begitu tali silaturahim akan menguat, jaringan pertemanan akan semakin luas, dan relasi akan semakin kuat. Sehingga mempermudah gerak langkah di kemudian hari.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gus Azmi, Santri Vokalis Hadroh Syubbanul Muslimin Idola Santriwati
Selain berinovasi sikap kolaboratif juga tak salah diterapkan dalam kehidupan keseharian. "Karena hari ini tidak ada _superman_ yang ada adalah _superteam_," ujar Dia.
Ketiga, harus pandai berkomunikasi. Dalam hal ini, santri sebagai generasi muda harus mampu berdialog dengan berbagai kalangan. Begitupun _public speaking_ atau berbicara di depan khalayak umum. Para santri yang notabene akan menjadi pemuka agama, sangat memerlukan kepandaian ini.
"Latihlah lidahmu berbicara dihadapan umum, dihadapan kelas. Jangan sampai punya ide tapi tidak bisa diaspirasikan," tutur Pak Uu.
Menyambut bonus demografi di 2045, Pak Uu mendorong santri belajar berorganisasi. Dengan organisasi tujuan hidup akan menjadi lebih kuat. Dalam organisasi pula para santri dapat belajar manajemen, belajar bekerjasama, dan berinovasi dalam mencapai tujuan.
Terpenting, tentu saja perlu penguatan karakter melalui keimanan dan ketakwaan.
"Perkuat tauhid, tidak sempurna keimanan kalau tauhid tidak lurus. Jaga moraal dan akhlak, sebagai kunci kesuksesan," pungkasnya.***