Ahli Psikolog Ungkap Maksud Ricky Rizal Ambil Senjata Yosua, Ahli: Sebagai Senior, Ricky Harus Ambil Tindakan

- 3 Januari 2023, 23:40 WIB
Dua terdakwa Ricky Rizal (kanan) dan Kuat Ma'ruf (kiri) memberikan kesaksian dalam sidang kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa 13 Desember 2022/ ANTARA/Putu Indah
Dua terdakwa Ricky Rizal (kanan) dan Kuat Ma'ruf (kiri) memberikan kesaksian dalam sidang kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa 13 Desember 2022/ ANTARA/Putu Indah /
 
BERITA KBB - Ahli Psikologi Forensik Universitas Indonesia (UI) Nathael mengatakan, perbuatan terdakwa Ricky Rizal dengan ambil senjata Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dengan maksud mengamankan situasi adalah bentuk mitigasi risiko.
 
Sebab, saat itu, Ricky menyadari adanya keadaan yang tidak baik antara terdakwa Kuat Ma’ruf dengan Yosua ketika di Magelang. Saat itu, Kuat membawa pisau untuk menghadang Yosua naik ke lantai dua.
 
Atas dasar itulah, sebagai ajudan Ferdy Sambo yang paling senior dan tinggi pangkatnya dibanting ajudan lainnya, Ricky berusaha menghindari adanya pertumpahan darah dengan mengamankan senjata Yosua.
 
 
Hal itu disampaikan Nathael saat dihadirkan tim penasihat hukum terdakwa Ricky sebagai ahli dalam sidang kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin 2 Januari 2023.
 
“Apakah sikap dia (Ricky) yang mengamankan atau mengambil antisipasi ke tempat lain apakah itu suatu yang positif atau suatu yang negatif? Bagaimana dari segi psikolog atau forensik melihat fakta ini?” tanya Penasihat Hukum Ricky, Erman Umar.
 
Nathael menjelaskan, peristiwa Magelang yang didapat penasihat hukum adalah cerita yang didapatkan dari Ricky tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu.
 
Oleh karena itu, keterangan Ricky dikonfirmasi ulang oleh tim asosiasi psikologi forensik yang saat itu salah satu anggotanya adalah Nathael dengan cara melakukan wawancara.
 
 
“Artinya di sini kita lihat ada keterangan yang berbasis memori, ketika keterangan berbasis memori kita ketahui bahwa peristiwa ini terjadi di masa lalu, keterangan ini dihimpun atau diperoleh beberapa waktu setelahnya, sehingga yang saya katakan pertama kali adalah kita juga perlu mengevaluasi keterangan yang disampaikan oleh seseorang berkaitan dengan peristiwa di masa lalu, ini secara umum dalam berbagai peristiwa hukum,” ujar Nathael.
 
Sehingga dirinya juga menguji keterangan yang disampaikan Ricky reliable atau tidak.
 
“Ketika kami mendapati bahwa suatu teknik atau metode, wawancara yang digunakan adalah metode atau teknik yang tidak berbasis bukti, artinya berbasis bukti berbasis riset bahwa ini efektif maka kemudian ini bisa dikatakan kualitas dari keterangannya adalah kualitas keterangan yang rendah,” ujarnya.
 
Atas dasar itulah, tim psikologi forensik yang ditunjuk Polri melakukan teknik wawancara berbasis riset. Nathael sebut teknik ini efektif untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu.
 
 
Meskipun, ia menyadari terdapat potensi distorsi terhadap apa yang dialami Ricky yang kemudian tersimpan di memori dan diungkapnya kembali.
 
“Atas dasar itulah kemudian ketika kami mendapati bahwa yang kami lakukan menggunakan metode teknik yang tepat sehingga kami berpikir kami bisa dikatakan menyimpulkan bahwa keterangan tersebut yang disampaikan adalah suatu keterangan yang patut diterima seperti itu keterangan yang berkualitas,” ujar Nathael.
 
Saat wawancara itulah, Nathael mendapatkan informasi tentang psikologi Ricky.
 
“Saya pikir saudara Ricky dia paham betul bahwa beliau secara usia dan kepangkatan adalah bisa dikatakan senior di antara perangkat yang lain yang ada di tim pimpinan mereka di Magelang,” ujar Nathael.
 
Secara spesifik Ricky saat itu, kata Nathael dalam kondisi yang ambigu karena tidak mengetahui dengan jelas tentang peristiwa apa yang terjadi di Magelang.
 
“Kenapa saya katakan ambigu? bahwa menurut keterangan Ricky, hal ini tidak permah terjadi sebelumnya, maka kemudian ambigu ini menyebabkan yang bersangkutan atau para pihak yang berada disitu kemudian kebingungan apa nih yang harus diambil bagaimana harus bertindak apa yang harus dilakukan karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya,” ujar Nathael.
 
Dalam kondisi yang ambigu itulah, Ricky mengambil keputusan untuk mengamankan senjata Yosua.
 
“Dalam situasi ambigu tersebut Ricky kondisi psikologis yang digambarkan saya pikir yang bersangkutan kemudian melakukan suatu inisatif tindakan untuk bahasa kerennya mitigasi risiko artinya mengurangi suatu kemungkinan ada masalah serius yang dilanjut,” ujar Nathael.
 
“Saya melihat ini suatu putusan yang diambil dalam situasi ambigu karena yang bersangkutan memahami sebagai senior atau sebagai pemimpin di perangkat tersebut maka dia harus mengambil tindakan tertentu,” pungkasnya.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x