Berita KBB - Remaja memiliki beragam alasan yang mendasari kesedihan, depresi, bahkan niatan untuk bunuh diri. Dalam sebuah penelitian terbit di jurnal Plos One baru-baru ini, bullying turut andil menambah kemungkinan adanya pergolakan emosional tersebut.
Dalam survei nasional terkait pengalaman hidup remaja yang dilakukan Kementerian PPPA tahun 2018, 3 dari 4 anak laki-laki dan perempuan usia 13-17 tahun yang mengalami satu kekerasan dalam hidupnya, melaporkan bahwa pelaku kekerasan adalah teman sebayanya.
41 persen pelajar berusia 15 tahun mengaku pernah mengalami bullying setidaknya beberapa kali dalam satu bulan. Hal itu menurut penelitian yang dilakukan Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) tahun 2018, seperti dikutip oleh UNICEF Indonesia.
Baca Juga: Sukseskan Wisuda Offline Pertama Setelah Pandemik, Ini Profil Rio Santoso Ketua BEM UT KOREA SELATANAda beberapa jenis-jenis bullying yang mereka terima. Seperti di antaranya dipukul atau menjadi pesuruh, barangnya diambil dan dihancurkan temannya, diancam, diejek, dikucilkan, dan dijadikan bahan gosip negatif oleh teman-temannya.
Dampaknya pun tidak main-main. Korban perundungan mengalami masalah psikis, fungsi sosial yang buruk dan gangguan pendidikan. Bahkan, menurut eks Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, 40 persen kasus bunuh diri di Indonesia disebabkan oleh bullying.
Melansir Healthline, Kamis 23 Februari 2023, perundungan ini berdampak pada segala aspek kesejahteraan anak-anak. Mereka jadi mempertanyakan apakah mereka berharga atau apakah orang lain menyukai mereka.
“Ketika mereka menginternalisasi serangan bullying, depresi, melukai diri sendiri, dan perilaku sembrono dapat muncul. Jika mereka meragukan diri sendiri, mereka sering terlalu takut memberitahu orang lain,” ujar Lisa Pion-Berlin, hipnoterapis asal Amerika Serikat.
Baca Juga: Inikah Penyebab Putusnya Thariq Halilintar dan Fuji Utami? Netizen Berharap BalikanLanjut Pion-Berlin, membagikan kekhawatiran itu sangat menakutkan dan menantang bagi mereka. Mereka tidak tahu harus datang ke siapa atau siapa yang bisa menolong mereka. Juga jadi pertanyaan apakah mereka ketakutan akan keselamatan mereka.
Sementara itu, Jillian Arnodio, seorang pekerja sosial setempat, menyebut bahwa bullying merupakan perilaku yang disengaja dan biasanya berulang-ulang.
“Memang lebih mudah untuk mengabaikan 1 komentar atau pandangan miring. Tapi kalau terus-menerus datang, kita lihat seberapa besar dampaknya. Media sosial dan prevalensi perundungan siber telah memperparah situasi,” ujar Arnodio seperti dikutip dari Healthline.
Editor: Siti Mujiati
Sumber: Unicef Indonesia Heatlhline
Tags
Artikel Pilihan
Terkait
-
Sukseskan Wisuda Offline Pertama Setelah Pandemik, Ini Profil Rio Santoso Ketua BEM UT KOREA SELATAN
-
Jadwal Bola Hari Ini Tanggal 23,24,25 Februari 2023, Ada Manchester United vs Barcelona Dan Nantes vs Juventus
-
Inikah Penyebab Putusnya Thariq Halilintar dan Fuji Utami? Netizen Berharap Balikan
-
Daftar Pemain FTV SCTV Hayoloh Pilih Mana Bebiku Atau Bebekku,Salah Satunya Kiki Farrel dan Shanice Margaretha