Mengejutkan, Hasil Survey LSI Masih Ada Warga Dukung Kekerasan Ekstrim di Jabar

- 8 Juni 2023, 19:01 WIB
Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia Rizka Halida, Koordinator Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kemenag Jabar Haidar Yamin Mustafa, Dosen Komunikasi Politik Fisip Unpad Firman Manan saat menjadi narasumber pada Diskusi Survei Opini Publik 'Sikap Publik atas Kekerasan Ekstrem
Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia Rizka Halida, Koordinator Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kemenag Jabar Haidar Yamin Mustafa, Dosen Komunikasi Politik Fisip Unpad Firman Manan saat menjadi narasumber pada Diskusi Survei Opini Publik 'Sikap Publik atas Kekerasan Ekstrem /Ade Bayu Indra/Berita KBB/

Rizka menambahkan potensi ancaman lain yang harus diwaspadai Jawa Barat dari hasil survei adalah, tingginya kelompok muda yang mendukung adanya regresif gender. Berbeda dengan kelompok usia lain kata dia, yang cenderung lebih netral. Contoh regresif gender kata dia, terkait wajar atau tidak perempuan berpergian sendiri, hingga kepala daerah perempuan.

Baca Juga: Akhirnya Tayang Sinetron Baru SCTV 'Satu Cinta Dua Hati' Dibintangi Titi Kamal, Kapan Jadwalnya?

"Kelompok muda cukup banyak yang mendukung juga persetujuan norma gender yang regresif. Mayoritas masih setuju dan di Jawa Barat cenderung setuju dibanding kelompok usia lain," imbuhnya.

Menyikapi mendekati tahun politik menuju Pemilu 2024, sejauh ini kata dia di Jawa Barat politik identitas cenderung menurun. Kendati demikian, tetap diperlukan langkah strategis dari pemerintah daerah dan masyarakat, untuk melakukan pencegahan. Sebab tidak tidak menutup kemungkinan seiring mendekati Pemilu, isu politik identitas dapat kembali mencuat.

"Jawa Barat kita lihat data di 2019 politik identitas cenderung naik. Di 2022 angkanya turun. Kita tahu politik belum panas, tapi sangat mungkin bila semakin mendekati 2024 intoleransi bisa meningkat. Tapi dengan catatan tidak ada upaya dari pemerintah, maupun masyarakat sendiri untuk membatasi isu politik identitas digunakan memobilisasi orang menjelang Pemilu," paparnya.

Baca Juga: Ada Siklon Tropis Guchol, Simak Prakiraan Hujan Indonesia Kamis 8 Mei 2023 Berikut, Apa Jawa Barat Terdampak?

Sementara itu Dosen Komunikasi Politik Universitas Padjajaran Firman Manan mengatakan, hasil yang ditemukan oleh LSI tidak dapat sepenuhnya dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Selain itu, dalam melakukan kajian juga harus dipertimbangkan kultur masing-masing daerah.

"Kekerasan di Jawa Barat tidak bisa diselesaikan di level provinsi. Kita punya 27 kabupaten/kita yang punya karakteristik heterogen. Kami membagi dalam enam subkultur, ada sub urban plural, seperti Bandung Raya, Sumedang, Depok, Bogor dan Bekasi. Lalu ada klaster Priangan Barat, Sukabumi, Cianjur. Priangan Timur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, klaster Ciayumajakuning dan sub urban Karawang, Purwakarta, Subang. Karakteristik beda, harus hati-hati dalam memetakan," paparnya.

Demikian pula responden kelompok usia muda, yang menurutnya terdapat perbedaan karakteristik antara perkotaan dan desa. Sehingga dibutuhkan metode yang tentunya harus berbeda pula.

Baca Juga: Sah, Shadiq Akasya jadi Dirut Biofarma Group

Halaman:

Editor: Ade Bayu Indra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x