Di Desa Jayagiri Lembang LPPM ITB & FTI ITB Bangun Unit Biogas & Unit Maggot Untuk Tumbuhkan Circular Economy

- 1 Januari 2024, 14:58 WIB
Ketua Tim Unit Biogas dari LPPM ITB DR Anggit Raksajati (kanan) berphoto bersama Prof Lienda A Handojo (bertopi) dan Tim yg lain didepan Unit biogas usai diresmikan
Ketua Tim Unit Biogas dari LPPM ITB DR Anggit Raksajati (kanan) berphoto bersama Prof Lienda A Handojo (bertopi) dan Tim yg lain didepan Unit biogas usai diresmikan /

"Secara bertahap kita akan melakukan transfer teknologi pada para peternak agar bisa mengoperasikan bio gester dengan baik. Sehingga ketika terjadi permasalahan langsung bisa diatasi oleh mereka sendiri," kata Yanus.

Tim Pengabdian Masyarakat dari LPPM ITB dan FTI ITB usai dialog dengan perwakilan Dinas LH KBB, Dinas Peternakan KBB, Kadus 3 Desa Jayagiri, KPSBU dan Peternak Sapi Desa Jagagiri Lembang
Tim Pengabdian Masyarakat dari LPPM ITB dan FTI ITB usai dialog dengan perwakilan Dinas LH KBB, Dinas Peternakan KBB, Kadus 3 Desa Jayagiri, KPSBU dan Peternak Sapi Desa Jagagiri Lembang

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (P2KL) pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB, Idad Saadudin, mengapresiasi program pengabdian kepada masyarakat dari ITB tersebut. Selain memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat juga menjadi solusi untuk pemecahan persoalan kohe.

"Saya berharap tidak hanya di Babakan Ampera saja, tapi juga dibeberapa tempat lainnya di Lembang Raya dibangun bio gester. Mengingat populasi sapi perah mencapai 19 ribuan ekor. Dimana satu ekor sapi menghasilkan kohe sekitar 10 kilogram per hari," kata Idad.

Menurutnya, penangan kohe tidak hanya bergantung kepada pemerintah, tapi juga melibatkan berbagai elemen masyarakat seperti yang dilakukan LPPM ITB, FPLH, dan PT Aimtopindo Nuansa Kimia.

"Keuangan pemerintah sangat terbatas, sehingga kepedulian dari elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk menuntaskan persoalan limbah kohe," tuturnya.

Ketua Tim Maggot dari FTI ITB Tirto Prakoso ( kedua kiri) usai meresmikan Unit Maggot berphoto bersama dengan Prof Lienda A Handojo dan mahasiswa dan lain nya
Ketua Tim Maggot dari FTI ITB Tirto Prakoso ( kedua kiri) usai meresmikan Unit Maggot berphoto bersama dengan Prof Lienda A Handojo dan mahasiswa dan lain nya

Ketua Tim Unit Budidaya Maggot dari Fakultas Teknik Industri ITB, Tirto Prakoso di tempat yang sama mengatakan, maggot yang berasal dari larva lalat sebenarnya sudah lama dimanfaatkan hanya saja belum banyak digunakan. Maggot memiliki sumber protein yang tinggi untuk ternak, ayam, bebek, burung dan ikan.

Sebelumnya, kata Tirto, pemanfaatan kotoran sapi yang dimanfaatkan untuk produksi maggot baru kali ini dicoba. Hasilnya menurut Tirto cukup baik dan prosesnya cukup mudah.

”Kotoran yang sudah stabil, yang baunya sudah berkurang disatukan dengan makanan maggot untuk membesarkannya, biogasnya juga digunakan untuk memanaskan maggot. Pemanasan ini bertujuan untuk mengeringkan maggot, karena maggot yang  kering harganya lebih tinggi ketimbang maggot yang basah, yaitu dua juta rupiah per kuintal untuk yang kering dan 400 ribu rupiah untuk maggot basah,” kta Tirto.

Halaman:

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x