Network
Berita KBB – Faktanya, makanan dalam kaleng yang penyok dapat mematikan dan menyerang sistem saraf seperti terjadinya botulisme, atau penyakit akibat toksin botulinum yang menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan dimulai dari wajah, menyebar ke otot-otot pernapasan, hingga membuat kegagalan pernapasan.
Ketika penyok atau kerusakan pada kaleng terjadi—bahkan meskipun kerusakan itu menyebabkan lubang sekecil lubang jarum—kontaminasi bakteri dapat tumbuh dan menyebar masuk pada makanan kaleng tersebut, inilah yang menjadi penyebab terbesar botulisme.
Oleh karena itu, waspadai ujung kaleng yang penyok; menonjol dan tajam, karena hal tersebut menandakan adanya kebocoran pada kaleng akibat dari benturan, jatuh, atau kondisi semacamnya yang membuat kemasan cacat.
Dikutip dari McGill University, kaleng yang penyok tidak harus dibuang, tetapi isinya harus direbus untuk membunuh mikroba dan menghancurkan racun yang mungkin dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum.
Namun jika kepenyokan tidak parah—sedikit; kecil—yang tidak merusak penyegel atau penutup, makanan dalam kaleng aman untuk dikonsumsi. Sedangkan, penyokan yang dalam dapat diukur menggunakan jari juga dapat terasa jika terdapat titik yang tajam.
Baca Juga: Said Aqil Ancam Tak Akan Bayar Pajak, 5 Negara Ini Tawarkan Bebas Pajak
Untuk membuang makanan kaleng yang cacat; tidak layak makan, penelitian dari Wyoming University memperingati agar tidak membuang pada sembarang tempat.
“Jangan pernah membuka kaleng yang dicurigai (bocor, menggembung, penyok, dll [berkarat].) untuk membuangnya; jika ada bakteri pembusuk atau botulisme, Anda tidak ingin mencemari dapur Anda atau mengambil risiko terpapar.”
Selanjutnya makanan kaleng yang penyok dapat dilapisi dalam dua kantong plastik yang ditutup rapat.
