Waspada Bahaya Leptospirosis: Bakteri dari Urine Hewan yang sebabkan Kematian

8 Maret 2023, 11:13 WIB
Penyebab Penyakit Leptospirosis, Ternyata Bakteri Ini /

Berita KBB – Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur melaporkan jumlah kasus Leptospirosis atau penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Leptospira interrogans di Indonesia pada tahun 2022 yang berjumlah 606 kasus, dan 249 kasus pada 5 Maret 2023.

Sementara, Klinik Cleveland memperkirakan lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia terkena leptospirosis setiap tahun, dan hampir 60.000 kasus berujung kematian.

Kepala Dinkes Jatim Dr. Erwan Astha Triyono pula mengatakan bahwa pihaknya menerima informasi terkait data masyarakat yang terkena leptospirosis di sejumlah fasilitas kesehatan di Pacitan.

Akibatnya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau kepada seluruh masyarakat Jatim untuk mewaspadai masalah kebersihan dan kesehatan di musim penghujan.

Baca Juga: Tim Investigasi Polri Periksa 10 Orang Pihak Pertamina Hingga 14 Warga Saksi Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

"... Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan," terang Khofifah.

WHO mengonfirmasi jika memang Leptospirosis terjadi di seluruh dunia tetapi lebih banyak muncul di wilayah-wilayah tropis dan subtropis yang mengalami curah hujan tinggi.

WHO melaporkan 920 kasus leptospirosis di Indonesia dengan 122 kematian pada tahun 2019, di antaranya datang dari sembilan provinsi: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.

Leptospirosis sendiri merupakan penyakit yang dapat disebarkan melalui urine atau darah hewan terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, sapi, dan hewan ternak lainnya; tetapi lebih sering ditemukan pada hewan pengerat, tikus.

Alur Penyebaran Penyakit Leptospirosis

Ada banyak faktor yang menyebabkan maraknya leptospirosis, seperti genangan air setelah banjir, atau kondisi sanitas yang buruk di lingkungan hunian.

Baca Juga: Dianjurkan Baca Surat Yasin Sebanyak 3 Kali, Inilah Tata Cara Hingga Niat Sholat Nisfu Sya'ban

Risiko-risiko ini semakin meningkat saat manusia atau hewan terpapar terkontaminasi air sungai atau banjir, ketika berenang, mandi, dan mencuci pakaian, dengan tidak menggunakan alat pelindung. Atau ketika mengonsumsi air minum yang tidak diolah dengan baik.

Penyakit ini tidak hanya terjadi dari konsumsi makanan dan minuman terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi, melainkan juga menyebar melalui kulit yang lecet atau melalui selaput lendir (mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan).

Penularan pula datang dari kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi, bakteri Leptospira bahkan dapat bertahan selama beberapa bulan hingga tahun. 

Infeksi ini yang berpotensi menimbulkan komplikasi dan berujung kematian ini, mampu menyebabkan gangguan ginjal, pendarahan dalam tubuh, dan gangguan paru.

Gejala Leptospirosis

Dikutip dari situs Kemenkes, beberapa gejala penyakit leptospirosis yang dirasakan pasien penderita ini antara lain, demam mendadak, lemah, mata merah, kekuningan pada kulit, sakit kepala, dan nyeri otot betis.

Klinik Cleveland memaparkan dua fase terjangkit leptospirosis, yaitu fase akut dan fase imun.

Pada fase akut seseorang hanya mengalami gejala ringan mirip flu, mulai dalam 2-14 hari setelah paparan. Pada fase ini, bakteri di aliran darah akan berpindah ke organ, sehingga tes darah diperlukan untuk mendeteksi atau menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Sedangkan, di fase imun bakteri telah sepenuhnya berpindah dari darah ke organ tubuh yang menyebabkan bakteri Leptospira terkonsentrasi di ginjal yang menghasilkan urine.

Sejumlah kecil orang dilaporkan mengalami kesakitan dengan sindrom Weil di fase imun, di mana penderitanya mengalami pendarahan internal, kerusakan ginjal, dan kulit serta mata yang menguning parah (penyakit kuning).

Gejala lain yang muncul pada penderita leptospirosis akut adalah panas dingin, sakit perut, mual dan muntah, diare, serta munculnya ruam. Sedangkan gejala parah (sindrom Weil) yang terjadi antara 3-10 hari antara lain, batuk darah (hemoptisis), nyeri dada, kesulitan bernapas, tinja berwarna hitam, darah di kencing (hematuria), dan berkurangnya intensitas buang air kecil.

Pemeriksaan dini dapat dilakukan melalui tes fisik, tes darah, dan tes urine, juga dapat dilakukan melalui rontgen dada atau CT-scan bila oleh dokter terindikasi parah.

Pencegahan Leptospirosis

Upaya terbaik mencegah leptospirosis adalah dengan menghindari olahraga air, berenang di danau atau di sungai setelah banjir, tidak mengenakan pelindung atau sepatu ketika bersentuhan dengan air dan tanah, menghindari menyentuh hewan mati atau harus mengenakan pelindung tangan, serta menutupi luka terbuka dengan pembalut tahan air.

Juga selalu mengenakan sarung tangan dan sepatu bot saat membersihkan rumah atau selokan, dan mencuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas.

Sehingga penting untuk selalu memperhatikan kebersihan lingkungan rumah, menyingkirkan genangan air di sekitar rumah, membersihkan kotoran tikus, dan tidak membiarkan penumpukan sampah.***

 

Editor: Siti Mujiati

Tags

Terkini

Terpopuler