PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah tengah mendapatkan kritik bertubi-tubi dari banyak pihak soal rencana impor beras.
Salah satu yang menyampaikan kritik adalah Ketua Bidang Tani dan Nelayan DPP PKS Riyono dan menyoroti pengakuan mengejutkan Kepala Bulog Budi Waseso dalam RDP bersama DPR hari Senin 15 Maret 2021.
Dalam RPD bersama DPR tersebut, Budi Waseso mengungkapkan bahwa saat impor beras tahun 2018 sebanyak 1.785.450 beras, hingga sekarang masih tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan.
Bahkan dari jumlah yang belum disalurkan tersebut, 106.642 ton sisa beras itu adalah beras dengan kualitas turun mutu.
Untuk itu Riyono mengungkapkan bahwa pihaknya memberi apresiasi kepada Bulog lantaran sangat penting.
"PKS apresiasi informasi Bulog yang penting ini, ternyata sisa beras impor 2018 masih ada. Terus Presiden buat kebijakan impor 1 juta ton buat apa? Cadangan Maret 2020 masih ada 900 ribu ton. Prediski panen 2021 juga ada sisa stok 1 juta ton lebih. Sekali lagi, impor ini untuk siapa?" tanya Riyono dikutip dari laman resmi PKS.
Kebijakan impor ini akan dilakukan ditengah kondisi sektor pertanian yang berkinerja bagus. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor sektor pertanian pada periode Januari dan Februari 2021 mengalami pertumbuhan positif, yakni sebesar US$ 0,65 miliar atau 8,81% (yoy). Lalu khusus bulan Februari 2021, nilai ini tumbuh di angka 3,16% (yoy).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi mencapai 54,65 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2020, naik tipis 0,08 persen atau 45.170 ton dari produksi pada 2019 yang sebesar 54,60 juta ton.