Ramai Di Media Sosial Tagar #STYOut Usai Timnas Indonesia Kalah Lawan Vietman, Eko: Pecat Shin Bukan Solusi

- 11 Januari 2023, 07:30 WIB
Pelatih Tim Nasional Indonesia Shin Tae-yong berjalan seusai menyampaikan keterangan kepada wartawan dalam sesi konferensi pers jelang pertandingan leg 2 babak semi final Piala AFF 2022 di gedung Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF), Hanoi, Minggu (8/1/2023).
Pelatih Tim Nasional Indonesia Shin Tae-yong berjalan seusai menyampaikan keterangan kepada wartawan dalam sesi konferensi pers jelang pertandingan leg 2 babak semi final Piala AFF 2022 di gedung Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF), Hanoi, Minggu (8/1/2023). /ANTARA/Aditya Pradana Putra/
 
BERITA KBB - Tagar #STYOut menggema di media sosial hanya beberapa sesaat setelah Timnas Indonesia keok dari Vietnam pada semifinal leg 2 Piala AFF 2022, Senin 9 Januari 2023.
 
Warganet meminta agar ada perubahan di kursi pelatih Indonesia, karena Shin Tae Yong dianggap sudah gagal memenuhi ekspektasi publik.
 
Tapi, ada beberapa yang menyatakan kalau Shin memang harus cabut karena CV kepelatihannya bisa rusak akibat menangani Indonesia. 
 
 
Hanya saja, #STYOut sebenarnya bukan solusi buat Indonesia dalam memperbaiki dan mendongkrak kualitas sepak bola nasional.
 
Pengamat sepak bola nasional, Eko Noer Kristiyanto, menyatakan masalah sepak bola Indonesia lebih kompleks. Pria yang karib disapa Eko Maung itu justru menyoroti sejumlah aspek yang menjadi tanggung jawab PSSI atas kegagalan Indonesia di Piala AFF 2022.
 
"Saya tak berbicara Shin Tae Yong harus dipecat atau tidak. Tapi, memecat dia (Shin) bukan solusi," ujar Eko Maung.
 
 
Eko menyebut, kegagalan Piala AFF 2022 bukan hanya kesalahan Shin Tae Yong. PSSI juga ikut andil karena belum meningkatkan kualitas sepak bola di Tanah Air.
 
Sebab, ada beberapa indikator yang bisa membuat sebuah tim nasional menjadi kuat. Salah satunya adalah pembinaan usia dini. Nah, menurut Eko, itu yang belum digencarkan PSSI selama ini.
 
"Untuk membentuk Timnas yang hebat, secara teori kan pembinaan harus bagus. Ini tanggung jawabnya ada di PSSI. Tapi, Shin kan memegang beberapa kelompok umur biar ada benang merahnya, itu oke lah untuk diapresiasi," ujar Eko.
 
 
Selain pembinaan usia dini, Eko juga menyinggung soal kompetisi di Indonesia. Liga 1, sebagai kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air, kualitasnya masih terbilang buruk di Asia Tenggara.
 
Kualitasnya kalah dengan Thailand, Vietnam, bahkan Malaysia. Disebut Eko, Liga 1 baru lebih hebat dari kompetisi di Kamboja atau Timor Leste.
 
"Kemudian, kompetisi kita saja bukan yang paling bagus di Asia Tenggara. Kita tuh unggulnya dari Kamboja atau Timor Leste. Kita bukan yang paling bagus di ASEAN. Indikator ini penting buat menentukan sejauh apa level timnas kita," ujar Eko.
 
Maka dari itu, Eko meyakini perjalanan Timnas Indonesia di panggung internasional masih panjang. Beberapa aspek di atas perlu dibenahi dan ditingkatkan lagi.
 
"Kita enggak bisa ngandelin euforia saja. Banyak hal hal yang bisa diukur. Masih panjang banget perjalanan kita, enggak bisa instant. Indikatornya masih belum terlihat (bagus)," ujar Eko.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x