Menaker Ida: 29,12 Juta Orang Penduduk Usia Kerja Terdampak Pandemi Covid-19

24 November 2020, 14:23 WIB
MENTERI Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah saat berbincang dengan pekerja di pabrik rokok di PT Ittihad Rahmat Utama, Mojokerto, dalam rangkaian sosialisasikan Gerakan Pekerja Sehat (GPS). /Dok. Humas Kemnaker/

BERITA KBB - Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang sangat signifikan pada perekonomian dan pada akhirnya berimbas pada sektor ketenagakerjaan.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah menjelaskan, berdasarkan data BPS ada 29,12 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak pandemic Covid-19.

Rincian 29,12 Juta orang yang terdampak pandemi, yaitu pengangguran karena Covid-19 sebesar 2,56 juta orang; bukan angkatan kerja karena Covid-19 sebesar 0,76 juta orang; sementara tidak bekerja karena Covid-19 sebesar 1,77 juta orang; dan yang bekerja dengan mengalami pengurangan jam kerja sebanyak 24, 03 juta orang.

Baca Juga: Selamat Jalan Rossi, Kisahmu 15 Tahun Bersama Yamaha Akan Dikenang..

Pandemi yang terjadi selama ini menyebabkan kenaikan jumlah penganggur menjadi 9,7 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 7,07 persen di Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Ida saat menjadi keynote speaker pada Peluncuruan Hasil Analisis Dampak Covid-19 Terhadap Perluasan Kesempatan Kerja dan Implikasinya, Selasa 24 November 2020 secara virtual.

Ida mengatakan, adanya pandemi ini menimbulkan tantangan besar bagi sektor ketenagakerjaan di Indonesia. “Selain dari tantangan yang masih tetap ada, yaitu sekitar 57 persen lebih penduduk bekerja memiliki pendidikan SMP ke bawah dan skill terbatas dan masih tingginya prosentase pekerja yang ada di sektor informal,” tambahnya.

Baca Juga: Kembali Marah-Marah, dr. Tirta Pertanyakan Kinerja Satgas Covid-19 Selama Delapan Bulan

Lebih lanjut Menaker Ida mengatakan, selain berdampak pada perubahan angka statistik ketenagakerjaan, pandemi Covid-19 juga mempercepat proses transformasi ketenagakerjaan yang sudah berlangsung akibat revolusi Industri 4.0.

Menurutnya, pandemi tidak hanya membuat industri menerapkan _Work From Home_, tetapi juga mengubah pola konsumsi masyarakat secara luas.

Ia juga mengatakan, pandemi menuntut masyarakat untuk cepat beradaptasi dengan segala perubahan, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi digital yang merupakan inti dari revolusi industri 4.0.

Baca Juga: Ini Kalimat Cool dan Sedikit Menyebalkan yang Sering diucapkan Aldebaran di Ikatan Cinta RCTI, Gemes

Teknologi membuat pekerjaan menjadi sangat fleksibel baik secara waktu maupun tempat, sehingga pekerjaan tidak lagi harus dikerjakan dari kantor dengan jam kerja yang monoton. Pandemi membentuk tatanan kehidupan dan dunia kerja baru.

“Ini merupakan dampak dari pandemi yang juga harus diantisipasi agar kita tidak tertinggal dan salah mengambil langkah dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat saat ini,” ucapnya.

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan pandemi ini, diperlukan kebijakan yang tepat untuk menanggulangi dampak dari pandemi ini di sektor ketenagakerjaan.

Baca Juga: PROFIL dan Biodata Lengkap Dylan Carr, Pemain 'Dia Bukan Manusia', Pemeran Sancaka

“Selain untuk melindungi dan mengambalikan kesejahteraan pekerja dan masyarakat yang terdampak pandemi, Kita juga harus mempersiapkan SDM pekerja kita sebaik mungkin, meningkatkan kompetensinya, melalui pelatihan vokasi yang tepat, agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja paska pandemic,”katanya.

Perubahan dan perbaikan juga harus dilakukan pada ekosistem ketenagakerjaan secara keseluruhan baik pada proses penempatan tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan sehingga dapat menjawab tantangan yang muncul di sektor ketenagakerjaan selama dan paska pandemi.

Turut hadir menjadi pembicara pada acara ini, Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Bambang Satrio Lelono dan Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad.***

Editor: Ade Bayu Indra

Terkini

Terpopuler