Mengapa Penting Menguasai SEO di Era Kecerdasan AI

2 Februari 2023, 20:17 WIB
Mengapa Penting Menguasai SEO di Era Kecerdasan AI? /Pexels / Tirachard./

Berita KBB - Pelatihan yang digelar oleh Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) untuk konten kreator batch 52 kembali berlanjut di hari ke dua, mengangkat judul, “SEO Trending, Human Friendly, Evergreen Content, Keyword, dan Long Tail Keyword”, agenda ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting, Rabu 25 Januari 2023. 

Saya sepenuhnya hadir mendengarkan Gita Pratiwi, pemateri sekaligus mentor dari PRMN. Gita membuka jalannya agenda dengan mengulas tugas yang telah diberikan di hari pertama mengenai, “Tata Bahasa, Gramatika, dan Pemilihan Diksi dengan Pertimbangan Google Vs KBBI”.

Tujuan diselenggarakannya pelatihan ini sudah tentu, adalah agar para peserta konten kreator menyadari peranan penting SEO, technical SEO, dan artikel-artikel yang unggul dalam mesin pencarian. Tetapi ada topik menarik yang menyita perhatian saya. Tepat setelah mentor saya menerangkan ciri konten SEO yang berkualitas.

Baca Juga: Umpan Clickbait Menjamur di Internet, Bukti Minat Masyarakat Masih Tinggi

Mari kita lewati penjelasan keempat ciri itu, ringkasnya saja itu adalah: mudah ditemukan, mudah dibaca, bisa dibagikan, dan selalu diingat. Lebih lanjut bisa kalian lihat pada laman-laman berita internet yang tengah hit.

Lantas sebetulnya apa yang menarik fokus saya ini? Mengapa saya begitu beradab membabat singkat materi sepenuh hati mentor saya? Yang sebetulnya—dengan pembelaan—“fokus” ini jua saya yakini menjadi maksud dan tujuan Gita kepada kami. 

Alasan Kenapa SEO Itu Penting

SEO atau Optimasi Mesin Pencari adalah suatu usaha untuk mengoptimalkan konten di mesin pencarian. Ini berupa kata kunci-kata kunci atau keyword yang terpasang di domain, judul, url atau alamat situs, keterangan foto, nama file foto, hingga badan teks artikel.

Keyword itu sendiri dapat terdiri dari tiga hal yakni, nama orang, nama tempat, kata kerja, dan barang. Atau pula berupa kata kunci turunan spesifik seperti short tail keyword, yang berisikan satu sampai dua kata, dan ada pula long tail keyword yang terdiri dari tiga kata atau lebih. 

Selain lebih spesifik pada pencarian, long tail keyword juga memangkas persaingan sengit artikel-artikel di samudera internet, dibandingkan saudaranya yang hanya memiliki satu sampai dua kata saja. Ini karena short tail keyword kurang mempunyai purchase intent. 

Baca Juga: TEKS Surat Yasin dengan BACAAN Arab dan Latin, Lengkap 83 Ayat disertai Terjemahan Bahasa Indonesia

Dengan kata lain, berfokus pada kata kunci yang lebih detail mampu memberikan dampak yang efektif ke mesin pencari. Maka alih-alih hanya sekadar “telur ceplok”, long tail keyword akan menambahkan rincian, “cara membuat telur ceplok”.

Sehingga dengan memahami dasar-dasar tersebut, dapat menonjolkan situs dan meningkatkan traffic melalui hasil mesin pencari organik; tempat di mana Anda akan berhadapan dengan puluhan ribu kompetitor-kompetitor, jutaan artikel-artikel, bahkan jua dengan artificial intelligence.

Dapatkah AI Menggantikan Peran Manusia dalam Kepenulisan?

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tengah bersinar akhir-akhir ini, beragam topik mengenai AI, serba-serbi perlombaan yang melibatkan AI, dan konspirasi-konspirasi seperti pergeseran peradaban manusia ke AI; melibatkan kata “sabotase”, tampak menyiratkan ancaman kepada banyak profesi. 

Baca Juga: Ciri-Ciri Lingkungan Kerja yang Toxic, Kenali Sebelum Terlambat dan Kapan Sebaiknya Resign

Inilah yang menjadi titik berat saya, disebabkan akhir-akhir ini algortima YouTube gigih menggiring konten-konten seputar kompetisi AI ke beranda saya, juga curhatan artis mengenai profesinya di masa depan. 

Pada kasus ini, adalah sebuah pertanyaan krusial mengenai, apakah betul dengan cara kerja AI yang hanya membutuhkan sekejap jentikan jari, mampu menggantikan profesi konten kreator atau jurnalis-jurnalis ‘asli’ di seluruh dunia?

Bagi Gita, mentor saya yang merintis kariernya sebagai seorang penulis, ia yakin bahwa peran AI tidak akan bisa menggantikan lekat rasa yang menjadi naluri manusia, terutama dalam hal kepenulisan. 

Ia tegas mengatakan, “Human friendly content sudah pasti SEO friendly. Tapi SEO friendly belum tentu human friendly.” 

SEO friendly content meski membungkus kaidah-kaidah SEO, dan sempurna secara gramatika, nyatanya belum tentu memiliki kualitas yang bagus yang mampu mengakrabi pembacanya.

Saya pribadi melihat peran AI sejatinya memang lahir atas kebutuhan semata; tugasnya sudah dibentuk sebagai asisten cerdas, sebagaimana porsi tersebut ia tidak mampu memahami emosi dan empati. 

Oleh karena itu, saya bersyukur sekarang ini ada banyak pelatihan dan kesadaran media massa untuk memberi pelatihan literasi kepada masyarakat—dan tidak muluk-muluk—sehingga dengan itu, akan semakin tampak ke depannya perbedaan penulis berkualitas dengan struktur kalimat robot.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Tags

Terkini

Terpopuler