Fortifikasi Tepung Terigu Ternyata Bisa Bantu Tingkatkan Kualitas Pangan dan Cegah Resiko Kekurangan Zat Besi

20 Juli 2023, 11:54 WIB
/

BERITA KBB - Dalam upaya terus mendorong peningkatan kualitas pangan dan mencegah kekurangan zat besi, fortifikasi tepung terigu menjadi solusi yang efektif.

Dengan demikian, pangan yang menggunakan tepung terigu akan lebih kaya zat gizi, memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan masyarakat.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan program fortifikasi pangan sejak tahun 2002. Salah satu bahan pangan tersebut adalah tepung terigu. Di Indonesia, fortifikasi tepung terigu telah mengalami perkembangan yang signifikan.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1088: Jadikan Pulau Egghead Wilayah Kekuasaannya, Luffy Bakal Tempur Dengan Angkatan Laut?

Pada tahun 2002, Pemerintah Indonesia mewajibkan agar produsen tepung terigu memperkaya kandungan tepung terigu dengan lima mikronutrien yakni,: vitamin B1, vitamin B2, zinc, asam folat, dan zat besi. 

Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko anemia kekurangan zat besi dan kekurangan asam folat pada perempuan dan remaja putri, Nutrition International bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat program fortifikasi tepung terigu nasional. 

"Indonesia termasuk salah satu negara di Asia Tenggara, bahkan dunia, yang cukup awal melaksanakan fortifikasi terigu," kata Rozy Jafar, Deputy Country Director Nutrition International Indonesia. Fortifikasi terigu dengan zat besi yang mudah diserap tubuh, akhirnya diwajibkan pada 2018, meski sempat ditangguhkan selama dua tahun akibat Covid-19.

Baca Juga: Sinopsis Daftar Pemain FTV Dua Tukang Sunat Jatuh Cinta, Ada Andrea Dian dan Rizky Alatas, Primetime 23:00 WIB

Rozy pun menambahkan, “Bantuan teknis Nutrition International mencakup pembuatan rekomendasi berbasis bukti untuk menyelaraskan standar fortifikasi tepung terigu dengan praktik terbaik global, meningkatkan peraturan perundang-undangan dan implementasinya, serta kontrol kualitas dan jaminan kualitas di industri.”

Nutrition International berusaha untuk berperan penting dalam keberhasilan advokasi dengan Kementerian Kesehatan dan mitra utama lainnya untuk menyelaraskan standar fortifikasi tepung terigu Indonesia dengan praktik terbaik global. 

Sebagai hasilnya, Standar Nasional Indonesia (SNI 3751:2018) diadopsi pada tahun 2018 untuk menetapkan penggunaan lebih banyak zat besi yang lebih mudah diserap oleh tubuh (fero fumarat, fero sulfat, atau NaFeEdta), seperti yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Standar ini diwajibkan pada tahun 2021.

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Kamis, 20 Juli 2023: Akhirnya! Arto dan Imlie Berhasil Membawa Devika Kembali ke Rumah

Nutrition International juga mendukung pabrik tepung terigu dan pengawas pemerintah dalam melakukan pengawasan kualitas (QC) sesuai dengan standar fortifikasi yang telah direvisi di Indonesia.

Ekonom Asia pada Nutrition International Surabhi Mittal menyambut baik program tersebut dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat. Ia pun menyampaikan beberapa hasil studi yang ternyata sangat berkaitan erat dengan kondisi ekonomi Surabhi menyampaikan bahwa kekurangan zat besi di Indonesia memberikan dampak yang sangat berat karena mencakup 87 persen dari konsekuensi ekonomi yang dihadapi. 

Semakin tingginya konsumsi terigu, fortifikasi diharapkan meningkatkan manfaat bagi masyarakat Indonesia. "Pada tahun 2023, perkiraan biaya ekonomi yang ditimbulkan akibat tidak mengambil tindakan terhadap kekurangan anemia zat besi, zinc, dan asam folat adalah sebesar 2,79 miliar dolar AS (0,2% dari PDB nasional), dengan kerugian yang diproyeksikan mencapai 28,6 miliar dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun."kata Surabhi. 

Baca Juga: Malam Bulan Suro Selalu Dianggap Menyeramkan, Berikut Penjelasan Yang Buat Kamu Punya Pandangan Baru

Rozy pun menambahkan, “Fortifikasi tepung terigu bertujuan untuk mengurangi anemia kekurangan zat  besi sebesar 7,2-9,9% dan kekurangan zinc  sebesar 15,6-21,6% per tahun pada anak-anak dan orang dewasa dari tahun 2023-2032.”

Sehingga, melalui program ini, memungkinkan untuk mencegah 45 juta kasus anemia kekurangan zat besi dan zinc di Indonesia dalam  dekade mendatang, serta mengurangi angka cacat lahir akibat kekurangan asam folat hingga 25%. 

Selain itu dalam pemaparan laporan tersebut, Surabhi juga menambahkan “Seiring dengan konsumsi nasional yang terus meningkat, biaya fortifikasi tahunan diproyeksikan meningkat dari US$14,7 juta pada tahun 2023 menjadi US$21,9 juta pada tahun 2032.”

Baca Juga: Luis Milla Pelatih Yang Putuskan Undur Diri Dari Persib Bandung, Berikut Profil, Prestasi, dan Alasannya

Maka, perkiraan investasi sebesar US$181 juta selama 10 tahun  untuk fortifikasi tepung terigu dengan manfaat sebesar US$3,0 miliar mengindikasikan bahwa setiap US$1 yang diinvestasikan pada WFF (Wheat flour fortification) akan memberikan keuntungan sebesar US$14,6 dalam bentuk peningkatan aktivitas ekonomi selama 10 tahun ke depan (2023-2032).

Melalui pemaparan studi tersebut menjelaskan, terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi yang bisa diatasi melalui fortifikasi pangan terigu. Mengingat bahwa perhitungan ini dilandaskan pada berkurangnya tingkat kematian dan meningkatnya produktivitas masyarakat Indonesia.***

 

Editor: Ade Bayu Indra

Tags

Terkini

Terpopuler