Berita KBB - Presiden Rusia Vladimir Putin menyamakan perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung saat ini, dengan perjuangan Uni Soviet di masa Perang Dunia II. Berkaitan dengan perang Rusia-Ukraina ini pula Putin menyebut negaranya “kembali terancam oleh tank-tank Jerman”.
Hal itu ia katakan saat peringatan 80 tahun kemenangan Tentara Merah atas Nazi Jerman di Volgograd, atau yang dulu dikenal sebagai Stalingrad, Kamis 2 Februari 2023. Dengan pernyataan itu, Putin memperingatkan bahwa Moskow siap merespon agresi dari pihak Barat.
“Tidak bisa dipercaya tapi itu nyata. Kita sedang terancam lagi oleh tank Leopard Jerman. Lagi dan lagi kita dipaksa menghalau agresi dari Barat,” ujarnya, dilansir BeritaKBB dari The Guardians, Jumat 3 Februari 2023.
Lanjutnya, pihak Rusia tidak akan mengirim tank ke perbatasan, tapi ia menyebut punya sesuatu untuk merespon agresi tersebut. Menurut Putin, perang modern dengan Rusia akan sangat berbeda.
Diketahui, sejak mengirim pasukan ke Ukraina, Putin berkali-kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap pihak Barat jika perang Rusia-Ukraina makin panas. Pihaknya siap untuk terus maju sampai akhir.
“Lakukan yang mustahil demi Ibu Pertiwi, demi kebenaran yang ada dalam darah, di karakter masyarakat multinasional kita,” ujarnya.
Sementara itu, pihak Kremlin berencana menggenjot serangan di Ukraina. Hal itu ditandai dengan belasan ribu pasukan cadangan yang dikerahkan pada musim semi lalu.
Baru-baru ini, Rusia meraih keuntungan di dekat kota Bakhmut di bagian timur Donetsk, Ukraina. Moskow mengumumkan jatuhnya kota Soledar selagi mencoba mengontrol keseluruhan Donetsk.
Meskipun kepentingan dalam menguasai kota tambang ini masih dipertanyakan, Soledar menandai kemenangan pertama pasukan darat Rusia setelah sebelumnya sempat terdesak berkali-kali.
Terkait perang Rusia-Ukraina yang tidak lama lagi akan genap berlangsung selama 1 tahun pada 24 Februari nanti, Rusia merencanakan serangan besar. Menurut Menteri Pertahanan Rusia Oleksii Reznikov, pihaknya akan menerjunkan sejumlah besar pasukan.
Melihat jumlah pasukan yang diturunkan pada September lalu sebanyak 300.000 orang, Reznikov menyebut jumlah pasukan yang ditempatkan di perbatasan akan mendekati 500.000 orang.
Sementara di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah mendesak Uni Eropa untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia. Zelenskiy menyebut telah mendiskusikan sanksi baru dengan Ursula Von der Leyen, Presiden Uni Eropa.
Menurut Zelenskiy, kecepatan kampanye sanksi Uni Eropa terhadap Rusia “sedikit melambat”, sementara Rusia semakin cepat dalam membiasakan diri dengan sanksi.***