Network
Selain itu, Darma semakin heran dengan kelakuan Bank BTN. Di mana pada surat kuasa tersebut tercantum nomor sertifikat hak guna bangunan. Padahal, sang pemilik pun selama menyicil KPR tidak pernah tahu nomor sertifikat gak guna bangunan rumahnya.
"Darimana si penerima kuasa mengetahui nomor SHGB aset tersebut sementara klien kami sendiri tidak mengetahui hal tersebut? orang biasa kan tidak akan tahu detail kaya gitu."
"Ini jelas-jelas diduga ada orang yang bermain di dalan untuk mengambil sertifikat rumah Bu Herawati. Kalau memang misal Bu Herawati dianggap oleh BTN lalai dalam membayar KPR kenapa tidak dikirim SP 1 hingga rumahnya dilelang? Kok ini tiba-tiba lenyap begitu saja di Bank BTN melalui prosedur yang tidak SOP, " tuturnya.
Akibatnya, kata Darma, Etty Herawati mengalami kerugian ratusan juta karena hilangnya rumah tersebut. Untuk itu, ia meminta pertanggungjawaban Bank BTN selalu pihak utama yang lalai sehingga sertifikat milik Etty Herawati lenyap.
" Apa ga tega mentang-mentang usia sudah 65 tahun tiba-tiba dipermainkan begitu saja. Benar benar BTN telah menghilangkan kepercayaan publik," ujarnya.
Dia menambahkan, selalu kuasa hukum pihaknya telah menempuh prosedur seperti somasi kepada Bank BTN. Somasi sudah dikirimkan ke Kantor Cabang BTN Kota Bandung jalan Jawa dan kantor pusat Bank BTN di Jalan Gajahmada, Jakarta Pusat.
" Jika somasi ini diabaikan kami akan menempuh jalur hukum karena memang ada pidananya. Kami juga akan menuntut keadilan atas hilangnya sertifikat Ibu Etty dengan melaporkan hal ini ke Ombudsman RI, Kementrian BUMN dan juga DPR RI," tuturnya.
Sementara itu, kuasa hukum Derry mengatakan bahwa peristiwa seperti ini mungkin bukan hanya menimpa kliennya, hanya saja belum terungkap. ***
