Jadi Patokan Utama Menentukan Awal Ramadhan, Yuk Kenali Lebih Dekat 2 Metode Pengamatan Hilal di Indonesia

- 9 Maret 2023, 17:08 WIB
Berikut metode pengamatan hilal yang digunakan di Indonesia dan perbedaannya.
Berikut metode pengamatan hilal yang digunakan di Indonesia dan perbedaannya. /ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/aww/am/

Berita KBB - Pengamatan hilal atau fase bulan baru sering menjadi patokan utama dalam menentukan awal bulan suci Ramadhan setiap tahun. Tidak jarang juga, penentuan awal Ramadhan berdasarkan posisi hilal menimbulkan perbedaan yang sering diperdebatkan.

Di Indonesia sendiri, hilal atau bulan sabit yang pertama setelah ijtima atau konjungsi ini diamati menggunakan 2 metode yang berbeda untuk menentukan awal bulan suci Ramadhan.

2 metode pengamatan hilal yang populer di Indonesia ini yakni metode hisab dan metode rukyat. Apa karakteristik dan perbedaan dari kedua metode pengamatan hilal ini? Mari kita simak bersama sama.

Baca Juga: Bacaan Surat Yasin 83 Ayat dengan Tulisan Arab dan Latin, Teks Mudah Dibaca disertai Terjemahan Indonesia

Metode hisab adalah metode pengamatan hilal yang dilakukan berdasarkan analisis perhitungan astronomis. Dalam metode ini, pengamat melihat apakah proses dari fase bulan mati menuju bulan sabit baru sudah terjadi atau belum.

Apabila fase bulan baru sudah muncul, maka hilal dianggap sudah terlihat atau positif dan kalender pun berganti ke bulan yang baru.

Metode hisab ini pun dibenarkan dengan sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh HR Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda:



لاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلاَلَ ، وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ أُغْمِىَ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ فِي رِوَايَةٍ فَأَقْدِرُوا ثَلاَثِينَ

Artinya: “Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan jangan berbuka sampai melihatnya lagi, jika bulan tersebut tertutup awan, maka sempurnakan bulan tersebut sampai tiga-puluh.” (HR Muslim)

Sedangkan metode rukyat, pengamat melihat visibilitas hilal pada saat matahari sudah terbenam. Meskipun rukyat melihat posisi hilal secara visual, tetapi pada dasarnya perhitungan astronomis juga digunakan dalam metode ini.

Baca Juga: Tak Sabar Berjumpa Bulan Suci? Berikut Jadwal Sidang Isbat Ramadhan 2023 Kemenag RI, Catat Tanggalnya

Dalam metode pengamatan rukyat, pengamat biasanya memerlukan alat bantu optik seperti teleskop jarak jauh. Lewat lensa teleskop, pengamat menentukan pergantian bulan dengan mengamati munculnya bulan baru.

 

Metode pengamatan hilal berupa rukyat ini juga sahih berdasarkan sudut pandang agama, dengan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan HR Muslim. Dalam hadis tersebut, Rasullullah SAW bersabda:



إِذَا رَأَيْتُمُ الْهِلاَلَ فَصُومُوا ، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا

Artinya: “Jika kalian melihat hilal (Ramadhan), maka berpuasalah, dan jika kalian melihat hilal (Syawal), maka berbukalah.” (HR Muslim).

Perbedaan metode pengamatan hilal ini menyebabkan tanggal penentuan 1 Ramadhan setiap tahun selalu berbeda, baik antara pemerintah dengan ormas Islam maupun antara ormas Islam sendiri. Meski begitu, kadang tanggal awal Ramadhan bisa jatuh berbarengan.

 

Seperti pada Ramadhan 2023 yang akan datang, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi tanggal awal Ramadhan akan jatuh di tanggal yang sama, antara pemerintah Indonesia dan ormas Islam.

 

Demikian penjelasan mengenai 2 metode pengamatan hilal yang populer digunakan di Indonesia dalam menentukan awal bulan suci Ramadhan.***

 

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x