Kenaikan BBM Pertamax Tidak Menimbulkan Inflasi, Ini Kata Pengamat !

2 April 2022, 15:15 WIB
Kenaikan BBM Pertamax Tidak Menimbulkan Inplasi, Ini Kata Pengamat ! /dok. Pertamina/

 

BERITA KBB - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi Pertamax, dinilai tidak akan menyebabkan Inplasi.

Sebagaimana menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, dalam keterangan resmi pada, Sabtu, 2 Maret 2022.

Piter Abdullah menilai, kenaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter tidak akan menimbulkan inflasi.

Baca Juga: Jangan Malas! Aktifitas ini Harus Dilakukan Saat Ramadhan

Baca Juga: Biodata dan Profil Raisa Andriana, Sudah Jadi Ibu tapi Masih Berkarya

Hal tersebut dikarena menurutnya, mayoritas pengguna Pertamax adalah perorangan bukan industri.

Dikatakannya, Pertamax berbeda dengan solar yang dipakai truk, lalu truknya untuk mengangkut pasokan barang ke masyarakat.

Di mana Ketika harga solar naik maka harga barang, jasa setra ongkos disktribusi akan mengikuti kenaikannya.

Baca Juga: Sinopsis Collide, Kisah Cinta dan Perjuangan Nicholas Hoult di Jerman

Baca Juga: Gratis, Begini Cara Saksikan Masterchef Indonesia Season 9 Tanpa Iklan

Atau Pertalite yang dipakai angkutan umum, jika harganya naik, maka tarif transportasi juga naik.

"Pertamax tidak begitu. Kecil peluang kenaikan Pertamax mendongkrak inflasi secara signifikan. Pembeli Pertamax hanya perseorangan kelas menengah ke atas, efek domino kenaikannya hanya berhenti di mereka saja. Tidak kemana-mana," ujar Peter.

Menurut Piter, porsi konsumsi Pertamax terhadap keseluruhan BBM juga relatif kecil dibanding Pertalite dan jenis BBM lain.

Selain itu, konsumsi masyarakat untuk Pertamax, mayoritas konsumsi perseorangan dan bukan merupakan konsumsi industri.

Oleh karena itu, lanjut dia, kenaikan harga Pertamax merupakan pilihan yang bijak di tengah kondisi yang kurang kondusif saat ini.

"Ini keputusan bijak. Keputusan tersebut sengaja diambil dengan lebih mempertimbangkan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat, khususnya kelompok bawah," ujar Piter dalam keterangannya.

Selain itu, kenaikan Pertamax yang hanya menjadi Rp 12.500, juga meminimalisasi potensi peralihan [shifting] dari Pertamax ke Pertalite.

"Karena dengan harga segitu, mungkin masih ada shifting. Tapi mayoritas kelas menengah ke atas tidak akan beralih. Mereka lebih sayang dengan mobil mewah mereka," katanya.

Baca Juga: Bantu Ringankan Disabilitas di Bulan Ramadan, Jabar Quick Response Bagikan 180 Paket Sembako

Baca Juga: Film Kutilanak 3 Akan Tayang Jelang Lebaran Tahun Ini

Pendapat senada disampaikan juga oleh pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi.

Fahmy Radhiy mengapresiasi kebijakan Pertamina, dengan menaikkan harga jual Pertamax dinilai sudah tepat dan bijak.

Soal pilihan Pertamina yang 'hanya' menaikkan harga ke level Rp12.500 per liter sedangkan harga keekonomian sudah mencapai Rp16.000-an per liter.

"Sudah bijak dan tepat. Itu kan hanya soal asumsi harga dunia yang dipakai dalam perhitungan saja. Saya tidak tahu Pertamina pakai asumsi harga berapa. Dan pastinya Pertamina tidak mungkin gegabah. Ketika mereka ketemu harga Rp12.500 per liter, itu sudah pasti dipertimbangkan dengan seksama," tutur Fahmy.

Keputusan menaikkan harga jadi Rp12.500 per liter, menurut Fahmy, pasti telah dikomunikasikan dengan Kementerian ESDM, Menko Perekonomian dan pihak-pihak terkait.

Artinya, pertimbangan sudah pasti lebih komprehensif, tidak semata-mata pertimbangan bisnis semata.

Termasuk juga pertimbangan kepedulian terhadap daya beli masyarakat yang harus tetap terjaga, terumana di momen Ramadhan dan Lebaran.

"Karena itu, selain tepat, Saya juga menyebut bahwa keputusan ini adalah keputusan bijak yang diambil oleh Pertamina dan pemerintah. Tidak akan mendongkrak inflasi," ujarnya***

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Tags

Terkini

Terpopuler