Survei IPRC, Dedi Mulyadi Saingan Ridwan Kamil

- 20 April 2023, 03:26 WIB
Direktur Eksekutif Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) Firman Manan, Board of Advisor IPRC Muradi dan Manajer Program (Riset) IPRC M Indra Purnama saat diskusi Menuju Pilgub Jabar 2024 : Peta Kontestasi Terkini, di Kota Bandung, Selasa, 18 April 2023.
Direktur Eksekutif Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) Firman Manan, Board of Advisor IPRC Muradi dan Manajer Program (Riset) IPRC M Indra Purnama saat diskusi Menuju Pilgub Jabar 2024 : Peta Kontestasi Terkini, di Kota Bandung, Selasa, 18 April 2023. /Ade Bayu Indra/Berita KBB/

BERITA JBB - Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) kembali merilis hasil survei yang dilakukan pada 1 April sampai 7 April 2023, terkait menuju pilgub 2024: peta kontestasi terkini, di Jalan Saturnus Utara XIV, Kota Bandung, Selasa (18/4/2023).

Hadir sebagai pembicara, yakni Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan, Board Advisor IPRC, Muradi, dan Manager Riset IPRC, Indra Purnama. 

Firman Manan menjelaskan, survei ini menyasar 1200 orang dengan metode random sampling. Dia menyebut bahwa partai politik menjadi instrumen penting (tiket) dalam perhelatan pilgub. Untuk dapat mencalonkan figurnya, kata Firman, partai harus bisa memiliki suara 20 persen kursi di DPRD provinsi.

Baca Juga: Mudik Gratis Bersama BUMN 2023: Biofarma Group Berangkatkan 1.230 Pemudik

"Hasil survei dari 1 April sampai 7 April 2023 ini elektabilitas parpol yang tertinggi ialah Gerindra dengan 25,3 persen, disusul PDIP dengan 17,1 persen, PKS dan Golkar sama dengan 10,3 persen, NasDem 6,3 persen, dan Demokrat 5,7 persen," katanya.

Pada survei November 2022, Firman menyebut Gerindra masih berada di posisi pertama dan menjadi partai yang alami kenaikan signifikan bersama PDIP dan Nasdem di April 2023 ini.

"NasDem naik signifikan dua kali lipat dari November 2022 itu 3,5 persen lalu di April 2023 menjadi 6,3 persen. Sedangkan untuk PKS, Golkar, dan Demokrat cenderung menurun, dan partai lainnya stagnan," ujarnya.

Baca Juga: Sukses Galang Dana untuk Yayasan Kanker Indonesia, Bigo Live for Good Kumpulkan Donasi Rp175 Juta

Partai Gerindra, lanjut Firman, unggul di hampir seluruh sosio-demografi, sedangkan untuk etnis Jawa-Cirebon unggulnya PDIP sekaligus di sektor profesi petani.

"Intinya, mayoritas wilayah Gerindra itu unggul dan PDIP hanya unggul di empat wilayah di Jabar. Pemilih Gerindra pada pemilu 2019 dan memilih pada survei April 2023 ini sebesar 64,6 persen, kemudian PKS memiliki pemilih loyal dengan pemilih yang sama 82,5 persen di April 2023 ini. Sementara partai lainnya relatif hanya 50 persenan," katanya.

Berikutnya, terkait elektabilitas calon gubernur Jabar 2024, berdasarkan simulasi terbuka, nama Ridwan Kamil kata Firman, memiliki suara tinggi dengan perolehan 51,3 persen, disusul Dedi Mulyadi dengan 21,2 persen, Dede Yusuf 3,8 persen, Atalia Praratya 3,1 persen, dan Deddy Mizwar 3 persen.

Baca Juga: Malam 1000 Bulan Edelweiss Hospital Berbagi 1000 Nasi Kebuli

"Kalau dari semi terbuka dari list 38 nama bersama fotonya yang kami tampilkan ke pemilih, nama RK masih tinggi dan urutannya tak berubah dengan yang simulasi terbuka. Sama halnya dengan simulasi tertutup dengan 20 nama yang komposisinya masih sama dengan RK unggul dari Dedi Mulyadi," ujarnya.

Tetapi, ketika nama Ridwan Kamil dihilangkan, seperti survei November 2022, nama Dedi Mulyadi perolehan suaranya tinggi sebesar 41,1 persen, disusul Dede Yusuf 10,4 persen, Deddy Mizwar 7,8 persen, Atalia Praratya 5,8 persen, dan Bima Arya 4,3 persen.

"Figur ketua parpol, seperti Ono Surono, Saan Mustopa, Desy Ratnasari, Syaiful Huda, dan Ahmad Syaikhu belum mendapat tingkat elektabilitas signifikan jika memang hendak maju pilgub Jabar 2024," katanya.

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Kamis, 20 April 2023: Apar Pilih Palafi daripada Imlie untuk Ikut Lomba Menantu Terbaik

Firman pun menilai menarik dari dua sosok kader Golkar, yakni Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi yang keduanya memiliki suara tinggi dari distribusi suara Golkar Jabar. Bahkan, nama Ridwan Kamil bisa melesat hingga 71,7 persen bila nanti Golkar mengusungnya di pilgub Jabar 2024.

"Tapi, kalau nantinya Dedi Mulyadi yang maju di Jabar dan RK maju di pilgub lain, maka Dedi Mulyadi unggul signifikan walau tak terlalu tinggi seperti Emil, yakni 51,6 persen, disusul Dede Yusuf 20,3 persen, dan Ahmad Syaikhu 4,5 persen, Ono Surono 4 persen," ucapnya.

Firman Manan menegaskan dari survei yang dilakukan IPRC dari survei November 2022 dan April 2023, terlihat belum ada pergeseran atau figur alternatif yang muncul atau dengan kata lain hampir sama antara November 2022 dengan April 2023, yakni komposisi RK dan Dedi Mulyadi.

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Rabu, 19 April 2023: Para Tetangga Menghina Keluarga Tripathi, Aparna Sangat Sedih

"Emil unggul ya karena kepuasan publik padanya sangat tinggi. Inilah mengapa elektabilitas Emil jauh di atas kandidat lain, apalagi bila Dedi Mulyadi tak maju diusung Golkar," katanya.

Kemudian, faktor kedua terkait kedikenalan dan kedisukaan. Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Dede Yusuf popularitasnya di atas 80 persen, sedangkan Iwan Bule masih berada di 22 persen. Faktor ketiga, lanjut Firman, masalah kualitas personal yang diinginkan warga, seperti perhatian pada rakyat sekitar 32,5 persen, jujur bersih dari korupsi 31 persen, memperjuangkan kepentingan rakyat 12,6 persen, dan sederhana 5,2 persen.

"Dedi Mulyadi unggul pada personal perhatian pada rakyat dan sederhana, sedangkan RK lebih kepada jujur amanah dan berintelektual. Keduanya ini kader terbaik Golkar, tapi justru belum mampu meningkatkan elektoral untuk Golkar, bahkan Golkar elektoralnya menurun, sehingga Golkar perlu menyusun strategi efektif untuk memaksimalkan keberadaan dua kadernya agar bisa meraih suara signifikan di Pileg 2024," katanya.

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Kamis, 20 April 2023: Malini Dianggap Main-Main dengan Perceraian, Kunal Berhenti Membantu

Muradi menambahkan, melihat dari hasil survei yang dilakukan IPRC baik November 2022 dan April 2023 tidaklah jauh berbeda. Padahal, dalam enam bulan terakhir ini banyak peristiwa tetapi tidak membangun stimulan.

"Selama ini juga banyak acara yang dilakukan Iwan Bule tapi belum muncul termasuk di November 2022 dan April 2023. Kemudian, Saan Mustopa kan selama ini terasosiasi kepada Anies Baswedan. Sejak Anies deklarasi pada Oktober 2022 sampai sekarang asosiasi Saan, NasDem, dan Anies belumlah membuat nama Saan naik," katanya.

Sehingga, Muradi pun menilai hal ini cukup serius apalagi melihat anggaran untuk baliho, reklame, dan lainnya pasti besar. Hal unik lainnya, kata Muradi, Gerindra yang sudah mendekati suara 25 persen, tetapi tak mempunyai calon untuk di pilgub Jabar 2024. 

Baca Juga: Jadwal Waktu Puncak Gerhana Matahari Hibrida 2023, Jawa Barat Akan Alami Fase Puncak di Waktu Berikut

"Gerindra punya ruang stimulasi calon lain untuk cagub. Posisi partai dan non partai tak cukup bisa memunculkan figur baru, semisal PPP ada Uu yang sejauh ini bekerja kurang sistematis. Lalu, ada Iwan Bule yang sudah ke sana-ke sini turun menyapa warga tapi di survei namanya belum muncul. Dan, uniknya lagi di Jabar itu kondisinya tak sama dengan nasional. Misalnya, di nasional PDIP dan Ganjar unggul, tapi di Jabar Gerindra unggul dan untuk pilgubnya dari Golkar (Emil)," pungkasnya. ***

Editor: Ade Bayu Indra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah