Faktor yang Mempengaruhi Cinderella Complex, Salah Satunya Akibat Pola Asuh Orang Tua

- 3 Juni 2022, 20:49 WIB
 Tanda-tanda Cinderella Complex Syndrome
Tanda-tanda Cinderella Complex Syndrome /Pixabay/
 
 
 
BERITA KBB - Kalian mungkin sudah tidak asing lagi sama cerita Cinderella yang populer itu. Hingga kini kita sering menyebutnya sebagai dongeng pengantar tidur.
 
Cinderella dikenal sebagai gadis malang yang kerap dianiaya dan dikucilkan ibu serta saudara tirinya. Namun, hidupnya berubah setelah ia bertemu dengan sang pangeran tampan. 
 
Cinderella akhirnya menikah dengan pangeran dan hidup bahagia bersama. Cerita tersebut membuat Cinderella dikenal sebagai tokoh fiksi yang diinginkan oleh banyak perempuan karena kecantikan, keberuntungan, dan kebaikannya.
 
 
 
Namun, pada faktanya ternyata nama Cinderella dijadikan sebagai istilah sindrom atau gangguan psikologis oleh penulis sekaligus psikiater Colette Dowling? Colette Dowling menyebutnya sebagai “Cinderella Complex.” 
 
Istilah tersebut muncul berdasarkan pengalaman pribadi Colette Dowling sebagai psikiater saat menangani banyak pasien perempuannya mengalami ketergantungan terhadap orang lain, utamanya pada laki-laki. 
 
Ternyata banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan kemandirian dalam diri mereka sendiri.
 
 
 
Istilah Cinderella Complex pertama kali tertuang dalam buku Colette Dowling berjudul “The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence” yang terbit pada tahun 1981 lalu. 
 
Cinderella Complex adalah sebuah kecenderungan psikis pada perempuan yang ditunjukan berupa keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain, terutama laki-laki.
 
Penderita yang mengidap Cinderella Complex memiliki sikap mudah takut dan tertekan sehingga mereka tidak berani memanfaatkan kemampuan dan kreativitas yang dimiliki.
 
 
 
Seperti halnya dongeng Cinderella yang menunggu kedatangan pangeran untuk melindungi dan menolongnya dari kesengsaraan, penderita Cinderella Complex juga memiliki keyakinan bahwa dia tidak dapat melakukan sesuatu sendiri, hanya orang lain yang dapat menolongnya.
 
Masalah Cinderella Complex hampir ditemui di kehidupan sehari-hari. Banyak perempuan yang sekilas tampak bersikap penuh semangat, tegar, dan sukses. Namun, sebenarnya mereka sangat mendambakan cinta, pertolongan, dan perlindungan dari orang lain.
 
1. Kematangan Pribadi
 
Kematangan pribadi adalah suatu proses mencapai kedewasaan dalam diri seseorang, berupa perilaku dan sikap seseorang dengan lingkungan sekitarnya. 
Faktor yang mempengaruhi kematangan pribadi adalah:
 
a. Kondisi fisik (hereditas, keadaan fisik, kesehatan).
 
b. Kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional.
 
c. Faktor psikologis (pengalaman, frustasi, dan konflik).
 
d. Lingkungan.
 
e. Budaya.
 
Kematangan pribadi juga dapat dinilai dari pandangan atau persepsinya terhadap sesuatu hal. 
 
Ketika pandangan mereka merasa bahwa tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan menghadapi masalah. 
 
Hal ini sebenarnya menjadi penyebab para perempuan memiliki kecenderungan terkena Cinderella Complex.
 
2. Pola Asuh Orang Tua
 
Pola asuh orang tua menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk kepribadian anak, khususnya perempuan sejak dini. Kebanyakan para orang tua menerapkan pola asuh permisif pada anak-anak perempuannya sehingga Cinderella Complex bisa terbentuk.
 
Pola asuh permisif adalah pola asuh di mana orang tua sangat membebaskan anaknya untuk melakukan apa saja. Orang tua juga tidak terlalu memberikan aturan atau panduan pada anaknya. 
 
Hal ini ditandai dengan rendahnya tuntutan kepada anak dan cenderung menerima segala permintaan anaknya tanpa menyaring baik buruknya akan berakibat fatal.
 
Karena ketika anak mereka beranjak dewasa, mereka akan cenderung manja, kurang bisa mengambil keputusan, dan bersikap egosentris terhadap sekitar.
 
Sikap-sikap tersebut berbanding terbalik dalam membentuk pribadi anak yang mandiri.
 
3. Konsep Diri
 
Konsep diri adalah cara pandang seseorang untuk membantu menilai dirinya sendiri. 
 
Konsep diri berhubungan erat dengan kematangan pribadi. Konsep diri diibaratkan sebagai pondasi awal untuk selanjutnya membentuk dan mencapai kematangan pribadi.
 
Individu yang memiliki konsep diri positif akan memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya, begitu juga sebaliknya. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya.
 
Namun, seperti yang kita tahu bahwa konsep diri antara perempuan dan laki-laki dianggap berbeda. Hal ini disebabkan perlakuan masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan berbeda.
 
Adanya stigma dan stereotip dari masyarakat yang menganggap perempuan memiliki konsep diri yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. 
 
Nah, konsep diri yang rendah ini menyebabkan perempuan memiliki kecenderungan untuk mengalami Cinderella Complex.
 
Munculnya Cinderella Complex sebenarnya dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungan tersebut. 
 
Cinderella Complex pada perempuan dipengaruhi oleh budaya yang mempersepsikan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak bisa mandiri.
 
Hal ini karena perbedaan perlakuan yang diterima oleh anak perempuan dan anak laki-laki sejak kecil. 
 
Sejak kecil, anak laki-laki dididik untuk tumbuh menjadi anak yang mandiri, sedangkan perempuan tidak. Kebanyakan, anak perempuan mendapat pola asuh yang lebih lembut.
 
Selain itu, perempuan tidak dituntut untuk mengkhawatirkan permasalahan besar, seperti masalah pekerjaan atau pendidikan. 
 
Perempuan tidak masalah apabila nantinya menjadi homemaker atau tidak menuntut pendidikan yang lebih tinggi.***
 

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x