Fortifikasi Tepung Terigu Ternyata Bisa Bantu Tingkatkan Kualitas Pangan dan Cegah Resiko Kekurangan Zat Besi

- 20 Juli 2023, 11:54 WIB
/

Sebagai hasilnya, Standar Nasional Indonesia (SNI 3751:2018) diadopsi pada tahun 2018 untuk menetapkan penggunaan lebih banyak zat besi yang lebih mudah diserap oleh tubuh (fero fumarat, fero sulfat, atau NaFeEdta), seperti yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Standar ini diwajibkan pada tahun 2021.

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Kamis, 20 Juli 2023: Akhirnya! Arto dan Imlie Berhasil Membawa Devika Kembali ke Rumah

Nutrition International juga mendukung pabrik tepung terigu dan pengawas pemerintah dalam melakukan pengawasan kualitas (QC) sesuai dengan standar fortifikasi yang telah direvisi di Indonesia.

Ekonom Asia pada Nutrition International Surabhi Mittal menyambut baik program tersebut dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat. Ia pun menyampaikan beberapa hasil studi yang ternyata sangat berkaitan erat dengan kondisi ekonomi Surabhi menyampaikan bahwa kekurangan zat besi di Indonesia memberikan dampak yang sangat berat karena mencakup 87 persen dari konsekuensi ekonomi yang dihadapi. 

Semakin tingginya konsumsi terigu, fortifikasi diharapkan meningkatkan manfaat bagi masyarakat Indonesia. "Pada tahun 2023, perkiraan biaya ekonomi yang ditimbulkan akibat tidak mengambil tindakan terhadap kekurangan anemia zat besi, zinc, dan asam folat adalah sebesar 2,79 miliar dolar AS (0,2% dari PDB nasional), dengan kerugian yang diproyeksikan mencapai 28,6 miliar dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun."kata Surabhi. 

Baca Juga: Malam Bulan Suro Selalu Dianggap Menyeramkan, Berikut Penjelasan Yang Buat Kamu Punya Pandangan Baru

Rozy pun menambahkan, “Fortifikasi tepung terigu bertujuan untuk mengurangi anemia kekurangan zat  besi sebesar 7,2-9,9% dan kekurangan zinc  sebesar 15,6-21,6% per tahun pada anak-anak dan orang dewasa dari tahun 2023-2032.”

Sehingga, melalui program ini, memungkinkan untuk mencegah 45 juta kasus anemia kekurangan zat besi dan zinc di Indonesia dalam  dekade mendatang, serta mengurangi angka cacat lahir akibat kekurangan asam folat hingga 25%. 

Selain itu dalam pemaparan laporan tersebut, Surabhi juga menambahkan “Seiring dengan konsumsi nasional yang terus meningkat, biaya fortifikasi tahunan diproyeksikan meningkat dari US$14,7 juta pada tahun 2023 menjadi US$21,9 juta pada tahun 2032.”

Baca Juga: Luis Milla Pelatih Yang Putuskan Undur Diri Dari Persib Bandung, Berikut Profil, Prestasi, dan Alasannya

Halaman:

Editor: Ade Bayu Indra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah