Usai Sebut UU Cipta Kerja Mulia, Gatot Nurmantyo Kini Bilang Awalnya tak Niat Deklarasikan KAMI

17 Oktober 2020, 08:51 WIB
Presedium KAMI, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. /Antara

BERITA KBB – Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo mengakui, dirinya pada awalnya tidak berniat untuk mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Hal itu diungkapkan mantan Panglima TNI tersebut dalam wawancara eksklusif bertajuk “Manuver” Jenderal Gatot pada kanal Youtube Karni Ilyas Club yang diunggah Jumat, 16 Oktober 2020.

Gatot Nurmantyo belakangan ini tengah menjadi pusat perhatian seusai memberikan pernyataan bahwa tujuan Omnibus Law UU Cipta Kerja itu mulia ketika beberapa aktivis KAMI ditangkap polisi.

Baca Juga: Gator Nurmantyo Akui Belum Baca Secara Detail Naskah Omnibus Law Cipta Kerja

Gatot mengaku bahwa sebenarnya ia ingin menjadi ayah dan suami yang baik bagi keluarganya. Sebab, saat meraih sejumlah jabatan dalam dunia militer sebelumnya, Gatot menyatakan bahwa ia jarang berada di tengah-tengah keluarga.

"Singkatnya saya sangat berutang dan dapat dikatakan sebagai orang tua dan suami yang tidak banyak mempunyai perhatian terhadap anak dan istri saya karena saya sejak Letnan saya tugas operasi yang bergilir. Bukan bergilir jadi saya pulang, berangkat lagi," ujarnya.

Dikutip dari Pikiran Rakyat dalam artikel Awalnya Tak Bermaksud Deklarasikan KAMI, Gatot Nurmantyo: Saya Masih Punya Utang ke Negara, bahkan pada hari pernikahannya, Gatot hanya beberapa jam bersama istrinya sebelum kembali berangkat untuk melaksanakan tugas.

Baca Juga: Begini Kerugian jika Liga 1 Bergulir Januari 2020 dengan Format Dua Wilayah

"Sampai saya orang lain bulan madu saya hanya menikah, malam selesai jam empat pagi sudah berangkat lagi. Saya punya anak satu pun anak saya berumur enam bulan saya baru tahu, hanya ketemu satu hari saya pergi lagi," tambahnya.

Kondisi itu membuat Gatot berjanji kepada diri sendiri bahwa ia akan membalas perhatian yang sempat tertunda kepada keluarga usai pensiun dari dunia militer.

"Makanya saya diam, tapi dalam perenungan saya, saya melihat bahwa Allah SWT memberikan begitu banyak kepada saya. Baik pangkat, jabatan dan lain sebagainya. Akhirnya saya merenung untuk apa ini," ujarnya.

Baca Juga: Sentilan Rizal Ramli kepada Gatot Nurmantyo soal Omnibus Law, Rizal : Lha kok sudah jadi Jubir?

Dalam perenungan, terdapat hal-hal yang menggelitik Gatot mengenai kondisi bangsa Indonesia saat itu.

"Pada saat itu RUU HIV dan kondisi bangsa yang sedang dialami oleh dua yang sangat sensitif dan penuh perhatian yaitu Covid-19 sama ekonomi. Di situlah saya teringat bahwa saya pernah bersumpah dan teman-teman saya juga pernah semuanya, kemudian prajurit TNI dan Bhayangkara Polri yang dia dilantik sebagai kepolisian sebelum tahun 2002," tambahnya.

Sumpah yang ia maksud yakni setia kepada Negara Republik Indonesia beserta Pancasila yang berdasar pada UUD 1945.

"Dan itu sumpahnya kepada pribadi bukan Letnan Gatot, itu pribadi itulah yang meyebabkan saya ternyata masih punya utang ke negara, pada sumpahnya juga terhadap Allah SWT," ujar Gatot.

Kemudian, ia mengajak beberapa orang untuk melakukan diskusi selama tiga bulan lamanya. Salah satunya yaitu Din Syamsuddin.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kota Bandung Sabtu 17 Oktober 2020, BMKG Beri Peringatan

"Akhirnya kita harus menyuarakan ini, ada organisasi yang menyuarakan ini agar suara ini didengar. Itulah latar belakang lahirnya KAMI," tuturnya.

Baru-baru ini KAMI pun telah memberikan 8 tuntutan kepada Pemerintah Indonesia. Seperti penanganan virus corona (Covid-19) yang dinilai oleh pihaknya kurang maksimal.

Faktor pendorong lahirnya tuntutan tersebut, menurut Gatot didasari oleh suara hati nurani rakyat yang menjadi fokus utama dalam pergerakan KAMI.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kota Bandung Hari Ini Sabtu 17 Oktober 2020, Simak Tips Agar Dapat Formulir

"KAMI itu lahir setelah tiga bulan kita diskusi dengan kelompok-kelompok kemudian yang intinya bahwa tuntutan yang ingin kami sampaikan itu adalah suara hati nurani rakyat, apa yang bener-bener dirasakan oleh rakyat," ujarnya.

Tak main-main, Gatot pun kerap mendiskusikan suatu permasalahan sebelum 'melemparkannya' kepada Pemerintah Indonesia.

"Jadi semua tuntutan-tuntutan yang ada itu adalah kami belajar masalah, kemudian kita diskusikan dengan data-data yang ada dan memang seperti adanya ini. Menyuarakan suara hati nurani rakyat," pungkasnya.*** (Farida Al-Qodariah/Pikiran-rakyat.com)

 

Editor: Cecep Wijaya Sari

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler