"Justru yang punya Pak Terawan itu sebetulnya bukan vaksin, tapi itu imunoterapi. Jadi untuk orang tua lansia seperti saya, dengan kondisi seperti saya yang punya komorbid, itu sangat tepat bila imunoterapi atau pemberian daya tahan tubuh itu secara personal," ujarnya, seperti dikutip dari Pikiranrakyat-Depok.com dalam artikel berjudul Jadi Relawan Vaksin Nusantara, Siti Fadilah: Jika Terbukti Berhasil Kita Dapat Harta Karun Sangat Berharga
Ia menuturkan, berbeda dengan imunoterapi seperti yang dikembangkan oleh mantan Menkes Terawan itu, vaksin lain, dalam penggunaannya, selalu disamakan untuk semua penerima.
Baca Juga: Umumkan Sang Istri Positif Covid-19, Ridwan Kamil: Tidak Ada Gejala Sama Sekali
"Bapak divaksin dengan beramai-ramai orang 100 orang, 1.000 orang, disamain semua. Padahal kesehatan si A berbeda dengan si B," kata Siti Fadilah Supari melanjutkan.
Selain itu, mantan Menkes itu juga menyoroti latar belakang Terawan Agus Putranto yang merupakan seorang peneliti.
Menurutnya, Terawan adalah sosok yang nekat dan keras ketika memiliki pendapat
"Dan dia kalau mempunyai pendapat itu cukup logis. Misalkan mengobati DSA, dia dilarang oleh berapa puluh dokter bahkan dipecat dari IDI. Tapi pasiennya sendiri sudah 40.000 lebih malah jenderal-jenderal semua di-DSA," tutur wanita berusia 71 tahun itu.
Tak hanya itu, dalam pengembangan Vaksin Nusantara, ia menilai bahwa konsep yang digunakan Terawan cukup logis.
Kendati memang dalam pelaksanaannya, Siti Fadilah mengakui bahwa banyak pihak-pihak yang mengkritik pengembangan Vaksin Nusantara tersebut.