Berulang Tahun ke-100 Tahun, Ini Biografi Soeharto dan Bagaimana Persib Mengalami Masa Sulit di 1998

- 8 Juni 2021, 09:47 WIB
Berulang Tahun ke-100 Tahun, Ini Biografi Soeharto dan Bagaimana Persib Mengalami Masa Sulit di 1998
Berulang Tahun ke-100 Tahun, Ini Biografi Soeharto dan Bagaimana Persib Mengalami Masa Sulit di 1998 /

BERITA KBB- Pada tanggal ini 8 Juni 2021 tepat berulang tahun ke-100 untuk Presiden Indonesia ke-2 Soeharto. Presiden yang berkuasa paling lama di Indonesia hingga 32 tahun ini lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta pada 8 Juni 1921.

Soeharto meninggal dunia di Jakarta 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun. Lalu bagaimana sepak terjang Soeharto lalu bagaimana keterkaitan perjalanan Soeharto dengan klub sepakbola kebanggaan Jawa Barat Persib?

Ya ternyata, jatuhnya Soeharto dari kursi RI 1 bersamaan pula dengan jebloknya Persib pada Mei 1998. Bahkan, sang pelatih Nandar Iskandar sampai dikirim karangan bunga kematian.

Baca Juga: Cek Penerima BLT Subsidi Gaji di Laman sso.bpjsketenagakerjaan.go.id

Seperti kita ketahui, Mei tahun 1998 adalah periode yang penuh gejolak sosial dan politik di Indonesia. Rangkaian demonstrasi terjadi di Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya yang berujung pada mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.

Pada periode yang sama, gejolak juga terjadi di tim Persib Bandung.

Kala itu, Persib yang dilatih oleh Nandar Iskandar merosot performanya lantaran ketidakharmonisan antarpemain. Dalam buku Persib Aing (2007), pangkal masalah itu bermula ketika Persib mendatangkan sejumlah pemain dari luar Jawa Barat.

Sebelumnya, Persib kerap mengandalkan talenta asli Jawa Barat hasil binaan Persib untuk memperkuat tim.

Baca Juga: Meninggalnya Ayah Dijadikan Konten, Ria Ricis Tuai Sindiran Gus Umar hingga Personel Weird Genius, Ada Apa?

Beberapa pemain yang didatangkan Nandar di antaranya adalah M. Halim dan Khair Rifo dari PSMS Medan, Iskandar dari Persijatim, dan Gatot Indra dari Petrokimia Putra.

Kerenggangan antarpemain terjadi lantaran adanya perlakuan yang berbeda terhadap pemain binaan Persib dan para pemain pendatang tersebut.

Terganggunya keharmonisan tim berimbas pada merosotnya performa Persib di lapangan.

Persib menderita 5 kali kekalahan dari 15 partai yang dimainkannya, catatan terburuk sejak 4 musim terakhir.

Pelatih Nandar Iskandar mendapatkan kecaman keras Bobotoh hingga dikirimi karangan bunga kematian.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Sebut Bintang Tamunya Murahan, Netizen : Nggak Berbobot

Nandar dan tim Persib akhirnya selamat dari kecaman yang lebih keras setelah PSSI menghentikan kompetisi pada tanggal 25 Mei 1998 akibat gejolak sosial yang terjadi di Indonesia.

Kala itu, dari 15 partai yang dimainkannya, Persib menderita 6 kali menang, 4 seri dan 5 kali menelan kekalahan.

Berikut ini Biografi dan Profil Soeharto


Soeharto adalah anak dari Sukirah dan Kertosudira yang memulai kariernya di dunia militer pada tahun 1942 saat diterima menjadi tentara KNIL. Saat Belanda hengkang dari Indonesia, Soeharto bergabung dengan PETA, kesatuan militer bentukan Jepang di Indonesia. Dari sana, Soeharto terus melanjutkan kariernya di militer hingga Indonesia merdeka.

Karier Soeharto mulai terlihat saat situasi politik Indonesia yang bergejolak di tahun 1965. Ia pun ditunjuk sebagai pejabat presiden lewat Sidang Istimewa MPR pada 7 Maret 1967 dan terpilih menjadi presiden oleh MPR lewat hasil pemilu. Berdasarkan hasil Sidang Umum MPRS pada 27 Maret 1968, Soeharto pun menjadi presiden. Setelahnya, ia terus menjabat sebagai orang nomor 1 di Indonesia sampai 32 tahun.

Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September 1965, Soeharto kemudian melakukan operasi penertiban dan pengamanan atas perintah dari Presiden Soekarno.

Baca Juga: Beredar Isu 60 Persen Produknya Tidak Sehat, Ini Tanggapan Nestle Indonesia

Salah satu yang dilakukannya adalah dengan menumpas Gerakan 30 September dan menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang. Berbagai kontroversi menyebut operasi ini menewaskan sekitar 100.000 hingga 2 juta jiwa, namun jumlah ini patut dipertanyakan karena korban dari Gerakan 30 September juga banyak.

Soeharto kemudian diberi mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) sebagai Presiden pada 26 Maret 1968 menggantikan Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang terlama yang menjabat sebagai presiden Indonesia. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.

Baca Juga: Tak Jadi ke Arsenal, Riyad Mahrez Tegaskan Bertahan di Manchester City

Selama 32 tahun pemerintahannya Soeharto meletakkan pondasi pembangunan di Indonesia melalui Repelita. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur.

Dalam era ini masyarakat mendapati harga bahan-bahan pokok yang terjangkau dan situasi keamanan dan ketertiban yang terjaga, juga tercapainya Swasembada Beras. Hal ini ditandai dengan medali From Rice Importer To Self Sufficiency dari Food and Agriculture Organization (FAO) pada 1984 yang diterima Presiden Soeharto.

Soeharto juga merupakan sosok yang kontroversial karena membatasi kebebasan warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, pemaksaan azas tunggal Pancasila di berbagai bidang dan disebut sebagai salah satu rezim paling korup dalam sejarah dunia modern. Menurut Transparency International, estimasi kerugian negara adalah sekitar 15–35 miliar dolar Amerika Serikat selama pemerintahannya.

Namun, hal ini tidak berhasil dibuktikan, bahkan Majalah Time kalah dalam gugatan dan usaha lain untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah