Tenggelamnya Jakarta Disebut Pakar Merupakan Hal Pasti dan Tidak Mungkin Dihindari

- 1 Maret 2023, 12:31 WIB
Ilustrasi Jakarta tenggelam
Ilustrasi Jakarta tenggelam /Tangkapan layar/Narasi Newsroom

 

Berita KBB - Isu Jakarta diprediksi akan tenggelam telah beredar sangat lama, banyak peneliti luar dan dalam negeri menaruh perhatian ke ibu kota negara, Jakarta, di mulai dari tahun 2008 oleh ABC Australia melalui film dokumenter, "Jakarta in Jeopardy".

Tak terlewatkan oleh Irvan Pulungan, peneliti iklim lokal dan penasihat gubernur yang mengkhawatirkan suhu yang akan naik beberapa derajat Fahrenheit di tahun 2017.

Dia pula memprediksi permukaan air laut setinggi tiga meter di wilayah Jakarta dalam satu abad mendatang.

Baca Juga: Siapa Tresnany Moonlight? Simak Profil dan Kiprahnya di Dunia Spiritual

Para pakar menilai ibu kota Indonesia itu, Jakarta, tenggelam 5-12 cm per tahun karena permukaan air yang terus naik dan memperkirakan akan tenggelam total di tahun 2030 mendatang.

Sementara menurut peneliti di Institut Teknologi Bandung Heri Andreas berpendapat bahwa pada tahun 2050 sekitar 95% Jakarta Utara akan tenggelam. Dia menilai ini merupakan ancaman serius dan bukan bahan tertawaan.

Wilayah Jakarta yang diprediksi akan tenggelam adalah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur, membentang dari Pantai Indah Kapuk, Ancol, Gambir, Kemayoran, Harmoni, Sunter, Kelapa Gading, Cilincing, Pulogadung, dan Cakung.

Namun, pemanasan global bukan menjadi penyebab utama faktor tenggelamnya Jakarta.

Eksploitasi ilegal penggunaan air tanah yang melibatkan warga ibu kota dalam menggali sumur-sumur dan menguras akuifer bawah tanah, seraya pembangunan masif gedung-gedung pencakar langit, turut mempercepat laju tenggelamnya Jakarta, yang berkontribusi sekitar 80-90%.

Didorong longgarnya peraturan pemerintah yang menyimpan banyak akar masalah yang dalam, Jakarta semakin nyalang dijuluki sebagai kota yang paling cepat tenggelam di dunia.

Bagaimana upaya pemerintah mencegah tenggelamnya Jakarta?

Kegentingan ini lantas membuat pemerintah serius membangun tanggul raksasa melalui pembangunan proyek Giant Sea Wall Jakarta, dengan memperluas tanggul dan melindungi beberapa bagian pesisir pantai utara yang akan membentang sepanjang 25 mil--walau disebut hanya menjadi solusi sementara--proyek ini rencananya selesai di tahun 2026 mendatang.

Menyusul ide besar The Great Garuda atau tanggul laut sepanjang 32 kilometer yang dirancang untuk menutup Teluk Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta juga telah menyusun perencanaan dan menyinergikan proyek inisiatif SPAM; dalam cakupan layanan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak memiliki akses air minum.

Juga melalui proyek besar pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur dengan proyek IKN Nusantara yang direncanakan rampung pada tahun 2024.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca 1 Maret 2023 Seluruh Indonesia: Tarakan Cerah Berawan dan Palu Hujan Ringan Sepanjang Hari

Tetap saja, menurut Eddy Hermawan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) menyebut bahwa proses tenggelamnya Jakarta tidak bisa dihentikan.

Di samping dari faktor pemanasan global serta faktor kelola lingkungan yang buruk, hasil penelitian ITB dan Dinas SDA Jakarta tahun 2021 menerangkan fakta, “... sekitar 18-20% wilayah Jakarta sudah berada di permukaan laut.” Angka ini dipastikan akan terus bertambah.

Banyak pakar berpendapat, pilihan paling bijak untuk memperlambat tenggelamnya Jakarta adalah dengan proyek penghijauan kembali seperti membuat kota apung yang berlandaskan pada prinsip “kota alam”.

Ardhasena Sopalheluwakan, seorang ilmuan iklim berpendapat kepada The New York Times bahwa pendekatan terbaik bukanlah membangun tanggul raksasa, melainkan "mengembalikan sebagian wilayah Jakarta Utara ke alam". Idenya adalah untuk "mengembalikan hutan bakau dan meremajakan beberapa dari puluhan waduk yang sebenarnya merupakan bagian dari Jakarta tempo dulu."

Di sisi lain, banyak peneliti dan peliput dari media luar menilai jika warga Jakarta tahu risiko "hidup" bersama Jakarta dan tampaknya mereka telah menerima risiko tersebut dengan fatalis.

Lagi melalui pesan "peran bersama" dan "kesadaran masyarakat" perlu kembali digaungkan, yang sejatinya memang penting dalam menghadapi situasi genting ini. ***

Editor: Siti Mujiati

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x