Adapun untuk gempa di Halmahera, terpengaruh dari pergerakan sesar yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur bagian utara dan Maluku.
“Gempa bumi tektonik tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya dan tidak dapat dicegah kejadiannya, tapi resiko akibat gempa bumi dapat dikurangi,” pungkas BMKG.
Sementara itu, dalam akun Twitter nya, Frank Hoogerbeets tidak menyangkal bahwa metode fluktuasi atmosferik yang digunakannya dalam memprediksi gempa tidak 100 persen akurat.
“Sangat sulit menandai wilayah-wilayah (yang diprediksi terjadi gempa, red) berdasarkan fluktuasi atmosferik. Harap diingat bahwa ini hanya bersifat prakiraan dan mungkin saja bisa tidak tepat,” cuitnya pada Minggu 5 Maret 2023 kemarin.***