Djibouti, Negara Paling Panas dan Kekurangan Air

- 27 September 2023, 12:29 WIB
Djibouti, Negara Paling Panas dan Kekurangan Air
Djibouti, Negara Paling Panas dan Kekurangan Air /

 

 

BERITA KBB - Djibouti adalah sebuah negara kecil di Afrika Timur yang berbatasan dengan Somalia, Ethiopia, Eritrea, Laut Merah, dan Teluk Aden. Negara ini memiliki iklim gurun tropis yang sangat panas dan kering sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata mencapai 35 derajat Celcius di siang hari dan 30 derajat Celcius di malam hari. Djibouti juga mengalami curah hujan yang sangat rendah, hanya sekitar 150 milimeter per tahun, dan tidak memiliki aliran air permukaan yang tetap. Akibatnya, Djibouti menghadapi masalah kekurangan air yang parah, yang mempengaruhi kehidupan, kesehatan, dan pembangunan penduduknya.

Menurut data Bank Dunia, Djibouti memiliki populasi sekitar 1,1 juta jiwa, dengan 72 persen di antaranya tinggal di perkotaan. Mayoritas penduduk Djibouti adalah etnis Somali dan Afar, yang berbicara bahasa Kushitik dari rumpun bahasa Afro-Asia. Agama resmi dan mayoritas di Djibouti adalah Islam, yang telah mendominasi wilayah ini selama lebih dari 1.000 tahun. Djibouti memiliki dua bahasa resmi, yaitu Prancis dan Arab, yang merupakan warisan dari masa penjajahan Prancis yang berakhir pada tahun 1977.

Djibouti memiliki perekonomian yang didasarkan pada sektor jasa yang terkait dengan lokasi strategis dan statusnya sebagai zona perdagangan bebas di Afrika Timur. Dua pertiga pendapatan nasional Djibouti berasal dari pelabuhan modern yang menjadi pusat pengisian bahan bakar dan trans bongkar internasional. Pelabuhan ini juga menjadi pintu masuk utama bagi impor dan ekspor dari negara tetangga dan mitra dagang terbesar Djibouti, yaitu Ethiopia. Selain itu, Djibouti juga menjadi lokasi berbagai pangkalan militer asing, seperti Amerika Serikat, China, Prancis, Italia, dan Jepang.

 Baca Juga: Sinopsis Daftar Pemain FTV Boy Si Anak Mami, Fandy Christian dan Adinda Azani, Tayang 08:00 WIB di SCTV

Meskipun memiliki peluang untuk berkembang sebagai pusat perdagangan dan logistik di kawasan, Djibouti masih menghadapi banyak tantangan ekonomi, terutama penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 2,5 persen per tahun, perekonomian tidak dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pendapatan per kapita. Tingkat pengangguran sangat tinggi, dengan beberapa perkiraan menempatkannya hampir 60 persen, dan merupakan penyebab utama kemiskinan yang meluas. Pada tahun 2020, sekitar 23 persen penduduk Djibouti hidup di bawah garis kemiskinan.

 

Salah satu faktor yang membatasi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial Djibouti adalah ketersediaan air yang terbatas. Djibouti sangat bergantung pada air tanah, yang sering kali tercemar dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan domestik, pertanian, dan industri. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya sekitar 69 persen penduduk Djibouti yang memiliki akses ke air minum yang aman, dan hanya sekitar 48 persen yang memiliki akses ke sanitasi yang layak. Kekurangan air juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular, seperti kolera, diare, dan malaria.

 Baca Juga: Sakit Asam Lambung Tak Kunjung Sembuh? Coba Resep Ini Ala dr. Zaidul Akbar

Halaman:

Editor: Siti Mujiati

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x