Waduh! 100 warga di Kabupaten Bandung harus isolasi mandiri karena jemput paksa jenazah suspek Covid

5 Oktober 2020, 19:25 WIB
Ilustrasi pemakaman jenazah Covid-19. /GTPP COVID-19 Aceh via Antara/

BERITA KBB- Akibat menjemput paksa jenazah pasien suspek Covid-19 di RSUD Majalaya, Minggu 4 Oktober 2020 malam, sekitar seratus warga dalam kategori orang dalam pengawasan (ODP). Ratusan warga itu rela menjadi ODP karena tidak mau janazah korban berinisial C (57) itu dimakamkan dengan prosedur Covid-19 karena statusnya masih belum jelas akibat hasil tes usap yang belum keluar.

Menurut Camat Paseh Heri Mulyadi, kronologis itu kejadian berawal ketika C terpaksa dirawat di RSUD Majalaya akibat sakit sejak beberapa waktu lalu. Ketika dirawat, status C pun dikategorikan sebagai suspek, namun ia keburu meninggal dunia sebelum hasil tesnya keluar.

"Sesuai prosedur tetap, kami sempat mengarahkan agar warga tetap mengikuti prosedur tetap yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas dan pihak rumah sakit. Tetapi warga tidak memerima dan sekitar 100 orang menjemput jenazah ke rumah sakit," kata Heri, seperti yang telah diberitakan Jurnal Soreang dalam artikel berjudul Viral, Lebih Dari 100 Warga Jemput Paksa Jenazah Suspek Covid-19 di RSUD Majalaya.

Baca Juga: Yuk, Kenal Lebih Dekat Merak Hijau di Kebun Binatang Bandung

Baca Juga: Innalillahi, Belum Selesai Dibangun, Atap Gedung SLRT Dinsos Kabupaten Bandung Terbakar

Akibat keterbatasan jumlah petugas, kata Heri, pihaknya rumah sakit pun akhirnya terpaksa membiarkan jenazah dibawa pulang oleh keluarganya. Namun sebelum itu, pihak keluarga sudah menandatangani surat pernyataan bahwa mereka berjanji akan bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terkait Covid-19.

Heri menambahkan, saat ini seluruh anggota keluarga yang membawa pulang jenazah C pun masuk dalam kategori suspek. Oleh karena itu pihaknya sudah mengimbau agar mereka melakukan isolasi mandiri.

Tentunya kami Forkopincam singergi untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan. Kami bergerak mengawasi pihak keluarga selama isolasi mandiri," tutur Heri.

Baca Juga: Heboh Video Pria Plontos Ancam Kepala Dinas PUPR Bandung Barat dengan Ular Piton

Baca Juga: Kabar gembira, Pemerintah akan Segera Umumkan Hasil SKB CPNS pada 30 Oktober

Dalam pelaksanaannya, Heri menegaskan bahwa Forkopincam terus berkoordinasi dengan pihak desa sampai hasil tes usap almarhum keluar. "Mudah-mudahan hasilnya negatif," ucapnya.

Sebelumnya, video viral sempat beredar di dunia maya saat puluhan warga menjemput paksa jenazah C di RSUD Soreang, Minggu malam. Dalam video tersebut, warga datang dengan membawa serta ambulans milik Desa Sindangsari.

Salah seorang warga yang menyaksikan peristiwa tersebut, Deni (38) mengatakan, dirinya melihat lebih dari seratus orang datang ke RSUD. Mereka lantas bernegosiasi dengan pihak rumah sakit dan aparat kepolisian agar bisa membawa pulang jenazah keluarga mereka itu.

Baca Juga: Tak Ingin Kehilangan Hiburan Viking Girl's Ini Dirikan Cafe Agar Bisa Nobar

"Polisi sudah berusaha menghadang mereka, tetapi warga tetap memaksa masuk ke ruang Anggrek yang menjadi tempat disemayamkannya jenazah. Mereka sepertinya emosi sehingga petugas kewalahan," kata Deni.

Dari informasi yang ia peroleh, Deni melansir bahwa C masuk RSUD Majalaya sejak Selasa 29 September 2020 lalu. C kemudian meninggal dunia pada Minggu 4 Oktober 2020 dalam status sebagai pasien suspek Covid-19.*** (Handri/Jurnal Soreang)

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Sumber: Jurnal soreang PRMN

Tags

Terkini

Terpopuler