Rintihan Pelaku UMKM di Lembang, Bandung Barat Akibat Pandemi: Ingin Nangis Sebenarnya

- 28 Mei 2021, 15:09 WIB
Pemilik kedai kopi luwak di Lembang Kabupaten Bandung Barat tengah beraktivitas.
Pemilik kedai kopi luwak di Lembang Kabupaten Bandung Barat tengah beraktivitas. /Berita KBB / Cecep Wijaya/

 

BERITA KBB – Merosotnya pengunjung wisata ke daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sejak pandemi juga berpengaruh terhadap para pelaku usaha kecil menengah (UMKM) di kota wisata tersebut.

Pemilik kedai kopi Luwak di Cikole, Sujud Pribadi mengatakan, kedainya sepi pengunjung sejak pandemi tahun lalu.

Setiap hari, Sujud berharap datangnya pengunjung untuk membeli secangkir kopi olahannya. Namun seperti yang terjadi pada Kamis, 27 Mei 2021 hingga siang hari konsumen yang ditunggu tak kunjung datang.

"Hari ini sama sekali tidak ada pelanggan. Terakhir itu mungkin Minggu kemarin, hanya seorang yang kebetulan lewat dan berteduh karena hujan," ungkap Sujud.

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta, Jumat 28 Mei 2021, Al Kaget Makam Kosong Tiba-Tiba Ada Jenazahnya, Ulah Elsa?

Baca Juga: Sinopsis Dari Jendela SMP, Jumat 28 Mei 2021, Wulan Belum Tahu Penyakit Papanya

Dia sangat senang meski mereka hanya memesan dua cangkir kopi dengan bayaran beberapa lembar uang puluhan ribu rupiah.

Jarangnya orang berlibur ke tempat wisata, membuat usaha yang dirintisnya sejak 2014 lalu itu ikut-ikutan terdampak.

"Dulu omset pernah capai puluhan juta sebulan, sekarang hanya Rp 1-2 juta perbulan. Kalau ada pemesan baru produksi.

Sampai-sampai teman saya yang merasa prihatin membeli kopi, padahal dia enggak terlalu suka katanya buat bantu-bantu kelangsungan usaha," katanya.

Awalnya, dia mengira pandemi tidak berlangsung lama apalagi setelah pemerintah menelurkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berakhir.

Baca Juga: Sinopsis Putri untuk Pangeran, Jumat 28 Mei 2021, Riski Bantu Mel untuk Move On dari Tristan

Baca Juga: Sinopsis Keajaiban Cinta, Jumat 28 Mei 2021, Galuh Tuding Awan Punya Wanita Simpanan

Setahun berlalu tanda-tanda pulih belum terlihat. Terlebih tempat wisata yang terkadang harus ditutup karena melonjaknya Covid-19 membuat tempat usahanya tambah sepi.

"Ya ingin nangis sebenarnya aset sudah dijual, sampai harus pinjam sana-sini untuk mempertahankan usaha dan kebutuhan rumah tangga.

Kalau kondisi terus begini sampai tiga bulan ke depan kayanya gulung tikar alias bangkrut," lanjut Sujud.

Menurutnya, usaha yang digelutinya sangat tergantung pada pengunjung yang berwisata di kawasan Cikole seperti Gunung Tangkuban Parahu, Grafika Cikole, dan wisata lainnya. 

Untuk menekan beban pengeluaran kini ia sudah merumahkan sekitar 15 orang pekerjanya. Meski sebagai bos, Sujud rela meracik serta mengantarkan langsung kopi yang dipesan pelanggan.

Bukan hanya itu ia juga yang mencuci cangkir kopi hingga mengelap meja setelah tamu pergi.***

 

Editor: Cecep Wijaya Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah