“Contohnya ketika ada masjid yang terkena proyek ini, kami pindahkan masjidnya ke lokasi baru, dengan desain dan kualitas yang lebih baik. Begitu juga dengan sekolah dan fasilitas lainnya,” jelasnya.
Guna mencegah adanya dampak lingkungan dari pembangunan KCJB, Mirza menyebut PT.KCIC selalu berkoordinasi dengan kontraktor yang melakukan pembangunan. Kontraktor, sebut Mirza, diminta untuk tidak hanya memperhatikan lokasi pembangunan, tetapi juga area sekitar pembangunan.
Dicontohkan, sebelum musim hujan, PT. KCIC selalu mengingatkan kontraktor untuk selalu melakukan normalisasi drainase yang tersumbat atau bahkan pelebaran saluran di wilayah sekitar pembangunan.
"Kami terus membangun koordinasi dan komunikasi dengan seluruh pihak agar pembangunan KCJB ini bisa berjalan lancar tanpa kendala,” jelasnya.
Proses pembangunan KCJB, menurut Mirza, mayoritas dilakukan oleh putra daerah. Untuk keterlibatan tenaga asing, mereka bertugas sebagai tenaga ahli untuk aspek-aspek pekerjaan dengan metode atau teknologi yang sama sekali baru diaplikasikan di Indonesia, mengingat proyek Kereta Cepat ini adalah yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.
“Transfer knowledge dilakukan bukan hanya pada para pekerja, tetapi juga pada akademisi dan institusi pendidikan lainnya. Teknologi yang digunakan dalam pembangunan KCJB adalah teknologi yang belum pernah digunakan di Indonesia sebelumnya, maka dari itu banyak hal baru dan membutuhkan tenaga ahli,” jelasnya.
Mirza berharap tahapan pembangunan bisa berjalan tepat waktu. Ia meminta dukungan masyarakat dan berbagai pihak agar proses pembangunan KCJB berjalan dengan baik dan target operasional bisa berjalan sesuai dengan yang sudah direncanakan.***