Mengenal Cerebral Palsy: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, Pencegahan dan Cara Pengobatannya

- 26 Juni 2022, 21:18 WIB
Twibbon Hari Cerebral Palsy Sedunia, Yuk Pakai untuk Beri Dukungan pada Penderitanya
Twibbon Hari Cerebral Palsy Sedunia, Yuk Pakai untuk Beri Dukungan pada Penderitanya /World Of Buzz/
 
 
BERITA KBB - Berbeda dari anggapan umum, lumpuh otak atau cerebral palsy bukanlah satu penyakit, melainkan sekelompok kondisi neurologis yang memengaruhi pergerakan. 
 
Bukan cuma gerakan, cerebral palsy juga dapat memengaruhi indra lain seperti penglihatan atau pendengaran.
 
Umum ditemukan pada anak - anak, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) memaparkan bahwa 1,5 - 4 anak dari 1.000 anak di seluruh dunia mengalami Cerebral Palsy.
 
 
Perlu diketahui, cerebral palsy dapat dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu:
 
1. Spastik atau kaku otot: bentuk cerebral palsy paling umum (80 persen). Cerebral palsy spastik bisa dibagi jadi tiga jenis:
 
- Hemiplegia: spastik di satu sisi tubuh, terutama di lengan dan kaki, serta dapat memengaruhi bicara. Selain itu, dapat memicu kejang.
 
 
- Diplegia: spastik pada ekstremitas bawah, sementara tubuh bagian atas tidak mengalami atau hanya sedikit mengalami spastik. 
 
Selain tegang otot kaki dan pinggul, kedua kaki menyilang di lutut (scissoring) sehingga membuat berjalan sulit.
 
- Quadriplegia: spastik pada seluruh tubuh dan bentuk cerebral palsy paling parah. Selain penurunan kognitif, berjalan dan berbicara pun sulit. Bukan hanya itu, kejang pun dapat terjadi.
 
 
2. Diskinetik: cerebral palsy paling umum kedua, masalah otot dapat memengaruhi gerak tubuh menjadi acak dan tak terkendali atau athetosis. 
 
Pasien jadi susah berjalan, duduk, menjaga postur, hingga berbicara (kesulitan mengontrol lidah dan pita suara). Masalah mengontrol otot wajah dapat menyebabkan kebiasaan mengiler.
 
3. Ataksia: keseimbangan dan koordinasi tubuh terdampak, sehingga kegiatan motorik halus seperti mengikat tali sepatu hingga menggunakan gunting menjadi sulit. Salah satu gejalanya adalah berjalan dengan kaki berjauhan. 
 
Sementara komunikasi bukan kendala, bicara pasien cerebral palsy ataksia tidak menentu.
 
4. Hipotonik: terjadi akibat cedera otak kecil atau cerebellum. Terlihat sejak bayi, kepala dan tubuh bayi akan terkulai (seperti boneka) dan hanya ada resistansi sedang saat tubuh bayi digerakkan. 
 
Selain kesulitan bernapas, pasien akan susah duduk tegak atau berbicara, memiliki refleks yang buruk, dan gaya jalan abnormal.
 
Tidak jarang, beberapa pasien mengembangkan lebih dari satu tipe cerebral palsy. Umumnya, gabungan cerebral palsy tipe spastik dan diskinetik adalah yang paling sering terlihat.
 
Tingkat keparahan cerebral palsy dikelompokkan menurut Gross Motor Function Classification System (GMFCS). 
 
Diciptakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Surveillance of Cerebral Palsy in Europe (SCPE), GMFCS adalah standar emas untuk menentukan kapasitas fisik pasien cerebral palsy dan berfokus pada:
 
• Kemampuan duduk
 
• Kemampuan untuk bergerak atau mobilitas
 
• Penggunaan teknologi adaptif
 
Terdapat lima tingkatan GMFCS. Makin tinggi tingkatnya, maka makin parah gejala dan penurunan mobilitas pada pasien.
 
Tingkatan GMFCS adalah:
 
• Level 1: mobilitas tak terkendala.
 
• Level 2: dapat berjalan, tetapi tak bisa berlari atau melompat. Butuh alat bantu (penyangga kaki dan lengan) saat pertama kali berjalan, dan butuh kursi roda saat ke luar ruangan.
 
• Level 3: dapat berdiri sendiri, tetapi duduk dengan sedikit dukungan. Butuh alat bantu jalan saat berada di dalam ruangan dan kursi roda di luar ruangan.
 
• Level 4: berjalan dengan alat bantu. Pasien bergerak secara mandiri di kursi roda, tetapi butuh dukungan saat duduk.
 
• Level 5: butuh dukungan untuk mempertahankan posisi kepala dan leher serta untuk duduk dan berdiri, tetapi dapat mengendalikan kursi roda bermotor.
 
Cerebral palsy disebabkan oleh masalah perkembangan atau kerusakan pada otak yang mengontrol gerakan tubuh, koordinasi, dan postur. 
 
Masalah ini umumnya terjadi sebelum kelahiran, tetapi tidak mustahil untuk terjadi selama kelahiran atau tahun - tahun pertama kehidupan sang bayi.
 
Sering kali, penyebab pasti cerebral palsy tidak diketahui. Namun, beberapa kemungkinan penyebab umum adalah:
 
• Asfiksia neonatorum, atau kekurangan oksigen ke otak selama persalinan.
 
• Periventricular leukomacia (PVL), yaitu kekurangan oksigen sehingga merusak materi putih otak.
 
• Mutasi gen yang mengakibatkan perkembangan otak abnormal.
 
• Penyakit kuning parah pada bayi.
 
• Infeksi pada ibu hamil, seperti campak Jerman dan herpes simpleks.
 
• Infeksi otak, seperti ensefalitis dan meningitis.
 
• Perdarahan ke dalam otak atau intrakranial yang menyebabkan stroke pada bayi.
 
• Cedera kepala akibat kecelakaan, jatuh, atau kekerasan.
 
Ada beberapa faktor risiko yang dapat membuat bayi terlahir dengan cerebral palsy, yaitu:
 
• Lahir prematur.
 
• Kelahiran sungsang, yang terjadi ketika bokong atau kaki bayi keluar lebih dulu.
 
• Kerusakan plasenta.
 
• Perkembangan otak janin terganggu.
 
• Kurangnya nutrisi pada janin.
 
• Ibu hamil menderita penyakit menular seksual.
 
• Berat badan lahir rendah.
 
• Ibu memiliki pinggul kecil.
 
• Kelahiran kembar.
 
• Rendahnya skor Apgar, penilaian kesehatan fisik bayi saat lahir.
 
• Ketidakcocokan Rh atau golongan darah ibu tidak sesuai dengan golongan darah bayinya.
 
• Paparan dan konsumsi racun seperti alkohol atau obat - obatan saat kehamilan.
 
Dokter umumnya akan menanyakan riwayat dan perkembangan bayi, serta riwayat kesehatan ibu saat kehamilan.
 
Kemudian, dokter akan mengamati postur tubuh, gerakan, tonus otot, keterampilan motorik, dan refleks anak sesuai dengan GMFCS. 
 
Dokter juga dapat merujuk anak ke psikolog pendidikan untuk menilai perkembangan intelektual.
 
Untuk mengeliminasi kemungkinan kondisi non-cerebral palsy, dokter juga bisa melakukan tes lain, seperti:
 
• Tes darah
 
• USG kepala
 
• MRI atau CT scan
 
Biasanya, diagnosis cerebral palsy dilakukan pada usia 2 - 3 tahun, tetapi tingkat keparahannya baru diketahui pada 4 - 5 tahun. 
 
Diagnosis ini memerlukan penilaian rutin untuk membandingkan dan menentukan kebutuhan dan masalah perkembangan anak. Agar komprehensif dan akurat, maka penilaian harus terus dilakukan beberapa kali.
 
Cerebral palsy bersifat non-progresif atau tidak memburuk seiring waktu. Namun, seiring pasien tumbuh dewasa, mereka akan menghadapi kesulitan-kesulitan tertentu, baik secara motorik atau secara intelektual. 
 
Beberapa tantangan umum bagi individu dengan cerebral palsy saat tumbuh dewasa adalah:
 
• Kesulitan berjalan: kelainan muskuloskeletal dapat memburuk seiring bertambahnya usia. Ini mungkin memerlukan penggunaan alat bantu mobilitas, seperti tongkat atau kursi roda.
 
• Sulit menelan atau disfagia: disebabkan oleh kerusakan saraf di leher atau kepala. 
 
Gejalanya bisa termasuk batuk setelah makan atau minum, makanan tersangkut di mulut, radang paru - paru, penurunan berat badan, dan gizi buruk. Berkonsultasi dengan ahli terapi wicara atau fisik dapat membantu.
 
• Penuaan dini: beberapa tanda penuaan dapat muncul lebih awal. Karena kondisi ini menambah beban pada tubuh, rasa sakit bisa bertambah ketika, misalnya, menaiki tangga. Ada juga peningkatan risiko masalah gigi, jatuh, dan spastik.
 
• Post-impairment syndrome: disebabkan oleh penggunaan energi besar yang dibutuhkan untuk bergerak. 
 
Gejalanya meliputi kelemahan, rasa sakit, cedera berulang, dan kelelahan. Berkonsultasi dengan terapis dapat membantu memperkuat otot-otot yang terpengaruh oleh sindrom ini.
 
• Kondisi mental: stres sosial, intimidasi, atau ejekan mengucilkan individu dengan cerebral palsy dalam situasi sosial dan mengalami gangguan depresi atau kecemasan atau anxiety.
 
Cerebral palsy sering kali tidak dapat dicegah. Akan tetapi, risikonya tetap bisa diminimalkan. 
 
Teruntuk para ibu hamil, beberapa langkah pencegahan cerebral palsy untuk buah hati yang dapat ditempuh adalah:
 
• Memastikan vaksinasi komplet (terutama untuk penyakit yang bisa mengganggu perkembangan otak janin)
 
• Berkomitmen dan menghadiri semua visitasi prenatal.
 
• Menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang.
 
• Berolahraga secara teratur, sesuai anjuran dokter.
 
• Mengonsumsi makanan dan minuman sehat dan bergizi seimbang.
 
• Mengidentifikasi potensi ketidakcocokan Rh (terutama untuk kehamilan kedua dan berikutnya).
 
Hingga saat ini, cerebral palsy belum ada obatnya. Demi meningkatkan kualitas hidup, tujuan perawatan adalah untuk memperbaiki keterbatasan dan mencegah komplikasi. 
 
Seiring anak tumbuh besar, maka opsi perawatan akan disesuaikan. Bentuk perawatannya dapat meliputi:
 
• Alat bantu: untuk membantu pasien dalam kesehariannya. Alat-alat bantu tersebut mencakup:
 
- Kacamata
 
- Alat bantu dengar
 
- Alat bantu jalan
 
- Penyangga tubuh
 
- Kursi roda
 
• Obat - obatan: obat antikonvulsan dan relaksan otot biasanya digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk cerebral palsy. Obat-obat yang umum diresepkan adalah:
 
- Diazepam
 
- Dantrolen
 
- Baclofen
 
- Tizanidine
 
- Injeksi botulinum tipe A (Botox)
 
- Terapi baclofen intratekal
 
• Operasi: bedah ortopedi untuk menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan mobilitas, melepaskan otot tegang, serta memperbaiki kelainan tulang akibat kaku otot.
 
• Selective dorsal rhizotomy (SDR): pemotongan saraf dekat pangkal tulang belakang untuk mengurangi nyeri kronis atau kaku otot.
 
Selain itu, perawatan lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien meliputi terapi wicara, terapi fisik, terapi rekreasi, konseling atau psikoterapi, dan konsultasi layanan sosial.***
 
 
 
 

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x